Suku Arfak | Papua Barat

Yuk hidup dari karya, MENULIS SEKARANG↗️

Suku Arfak Papua Barat adalah orang-orang yang tinggal di Pegunungan Arfak yang masuk ke dalam wilayah Provinsi Papua Barat. Sementara, Provinsi Papua Barat adalah bagian dari wilayah Bangsa Indonesia yang berada di bagian kepala burung pulau Papua. Kawasan tempat tinggal Suku Argaf masuk ke dalam wilayah Kabupaten Pegaf yang berada di Pegunungan Arfak  berketinggian 2.950 mdpl. Disebut Suku Arfak karena mereka tinggal di kawasan Pegunungan Arfak tersebut. kawasan ini berbatasan dengan Kabupaten Manokwari di sisi Utara, sedangkan di sisi Timur berbatasan dengan Kabupaten Manokwari Selatan, sisi Selatan berbatasan dengan Kabupaten Teluk Bintuni, kemudian sisi barat berbatasan dengan Kabupaten Sorong Selatan. Suku Arfak tinggal di sebuah kawasan yang berpotensi sebagai tempat wisata karena Kabupaten Pegaf memiliki danau Anggi yang menakjubkan. Ada wisata kuliner yang berupa makanan khas Suku Arfak, serta potensi kearifan lokal seperti hidup bersama dengan Suku Arfak untuk merasakan potensi lokal seperti cara bertani, cara membuat rumah khas Suku Arfak, sampai dengan cara bertahan hidup di tengah hutan. Kabupaten Pagaf dapat dijangkau melalui dua jalur utama. Jalur pertama menuju Pegunungan Arfak dan Kabupaten Pegaf bisa melewati jalur Kabupaten Manokwari. Jalur kedua adalah melewati Kabupaten Manokwari Selatan (Mansel).[1]

Sub suku

Menurut Koentjaraningrat, penduduk yang tinggal di pegunungan Arfak secara umum memang disebut dengan suku Arfak, tetapi secara khusus mereka terdiri atas empat suku bangsa yang hampir sama kebudayaannya. Keempat suku tersebut adalah suku Hattam, suku Meyakh, suku Sough, dan suku Moile. Suku-suku tersebut menggunakan bahasa yang berbeda-beda, sehingga mereka tidak dapat saling berkomunikasi dengan bahasa mereka masing-masing.

Suku-suku itu telah menghuni kawasan pegunungan Arfak dengan pembagian wilayah yang jelas. Suku Hattam yang menjadi penghuni terbesar kawasan pegunungan Arfak bagian selatan mendiami Distrik Oransbari dan Distrik Ransiki, suku Meyakh – sering disebut dengan “orang Arfak asli” – mendiami bagian timur pegunungan Arfak atau Distrik Warmere dan Distrik Prafi, suku Moile mendiami bagian barat pegunungan Arfak atau Distrik Minyambouw, serta suku Sough yang mendiami bagian utara pegunungan Arfak atau Distrik Anggi.

Kebudayaan Suku Arfak

Sementara dalam hal gaya hidup, suku Arfak adalah suku yang bangga dengan Identitas Kesukuan. Bila orang Arfak keluar dari daerahnya, mereka tidak segan mengaku sebagai bagian dari suku besar Suku Arfak. Dari segi bahasa, Suku Arfak yang memiliki empat sub anak suku memiliki bahasa yang berbeda, kecuali Suku Hatam dan Moilei masih memiliki kemiripan penggunaan tata bahasa dengan Suku Arfak induknya.. Senjata Suku Arfak dan empat suku anaknya sama yakni panah dan parang. Busur dan panah adalah salah satu paket senjata lengkap bagi Suku Arfak.  Busur dan Anak Panah lengkap ini disebut Inyomus oleh Suku Sough. Sedangkan di Kampung Irai disebut dengan Inyomusi. Pemilik ilmu hitam di antara Suku Arfak disebut Suwanggi, ini juga merupakan bagi seseorang yang berprofesi sebagai pembunuh bayaran yang menggunakan ilmu hitam berbau mistIs. Suku Sougb menyebutnya Surer.[2]

Suku Arfak memiliki seni tari khas yakni Tari Tumbuk. Tarian ini juga dikenal dan ditarikan oleh semua suku yang tinggal di kawasan Pegunungan Pegaf. Ada dua jenis penamaan tari ini berdasarkan tempat pertunjukannya, jika tarian ini ditarikan di jalan tarian akan bernama Tari Tambuk Tanah, sedangkan jika ditarikan di sekitar rumah maka disebut dengan Tari Tambuk Rumah. Tarian ini diiringi dengan syair yang bercerita tentang tanaman, cara berkebun, sejarah Suku Arfak mulai dari kepercayaan hingga peperangan yang pernah terjadi. Pertama, Tari Magasa, yang disebut tari magasa yang mana bagi orang luar tarian ini lebih dipahami sebagai tari ular. Julukan tersebut merujuk kepada formasi dan bentuk tarian yang meliuk-liuk seperti ular dengan gerakan mengikuti lagu syair yang nyanyikan. Tari Magasa ditampilkan hanya ketika upacara perkawinan, menjelang masa panen raya, dan menyambut tamu penting. Tarian ini ditarikan secara berpasangan antara pria dan wanita sambil bergandengan tangan, kadang ada gerakan saling menghimpit, ada lompatan, dan hentakan ke tanah seiring dengan lagu yang dinyanyikan. Tari Magasa bercerita tentang hubungan romantis dalam rumah tangga, kepahlawanan, sampai dengan menceritakan keindahan alam. Kedua, Tari Buah Merah yang dipentaskan hanya oleh pemuda Arfak. Tarian ini menggambarkan keindahan Papua yang eksotik, yang harus dijaga, dan dilestarikan.[3]

Marga dan Bahasa Suku Arfak

Dari sisi, marga dan bahasa, Suku Arfak memiliki empat sub suku yang mana masing-masing dipimpin oleh seorang kepala suku. Dari setiap sub suku memiliki marga dan bahasa masing-masing. Suku Moilei memiliki beberapa marga yaitu marga Kowi, Saiba, Mandacan, Sayori, Ullo, Ayok, Indow, Wonggor, dan masih ada beberapa sebutan lainnya. Setiap marga menggunakan kode bahasa yang berbeda-beda. Suku Arfak dikenal sebagai pemburu yang lihai di antara suku-suku lainnya. Selain lihai berburu, mereka juga lihai dalam meracik tanaman obat. Dapat dikatakan bahwa mereka lihai dalam pengobatan tradisional di daerah Pegunungan Arfak dan Rumah Adat Suku Arfak disebut dengan rumah adat Lgkojei.[3]

Rumah Adat Suku Arfak

Rumah adat ini memiliki dinding yang terbuat dari kayu dan atapnya terbuat dari daun pandan, serta bambu atau belahan nibung sebagai lantainya. Dalam bahasa setempat, rumah adat ini disebut juga dengan Kmod aki aksa. Rumah adat suku Arfak tidak hanya sebagai tempat tinggal melainkan juga tempat di mana pesta adat juga kerap diselenggarakan. Rumah adat Suku Arfak memiliki dua bagian, bagian atas sebagai tempat tinggal dan untuk menyelenggarakan kegiatan rumah tangga lainnya, sedangkan bagian bawah yang cukup luas sebagai tempat beternak dan menyimpan kayu bakar.[3]

Masih ada pertanyaan?
Masih butuh informasi lainnya?
Silahkan chat sama mimin kita, buat minta dibuatin tulisannya ya kekitaan.com/ButuhTulisan

Seneng bisa berbagi.
Pasti bermanfaat.

Suka menulis?
Silahkan daftar untuk menulis tentang fakta Indonesia lainnya.
Sama seperti di youtube #MasBro #MbakBro akan mendapatkan penghasilan dari views.
Mari #HIDUPdariKARYA
Mau tanya? klik
 kekitaan.com/mauNULIS

Terimakasih
id.wikipedia.org dibuka pukul 12:27 WIB pada Hari Senin tanggal 16 November 2020

Rujukan

Daftar pustaka

Buku

  • Kondologit, Enrico Yory; Sawaki, Andi Thompson (2016). Tarian Tumbu Tanah (Tari Tradisional Masyarakat Arfak di Kabupaten Arfak, Provinsi Papua Barat). Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua dan Amara Books. ISBN 978-602-6525-10-9.
  • Frank, Simon Abdi K. (2012). Arsitektur Tradisional Suku Arfak di Manokwari. Jayapura: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pelestarian Nilai Budaya Jayapura, Papua Kerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Studi Kawasan Pedesaan, Universitas Cenderawasih, Jayapura, Papua. ISBN 978-602-7980-01-3.
  • Koentjaraningrat, dkk (1994). Irian Jaya: Membangun Masyarakat Majemuk. Jakarta: Penerbit Djambatan. ISBN 978-979-4281-70-3.
  • Assa, Veibe Ribka; Hapsari, Windy (2015). Peranan Perempuan Hattam dalam Beberapa Aspek. Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua dan Kepel Press. ISBN 978-602-3560-62-2.

Jurnal ilmiah

Pranala luar

Kata kunci lain yang sering dicari …suku arfak, suku arfak di papua barat, suku di papua barat, suku di provinsi papua barat, suku di papua, suku di pulau papua, suku indonesia, suku di indonesia

Comments

Leave a Reply