KEBIASAAN MENULIS
1. MENULIS ITU SUSAH
Dunia tulis menulis bukanlah sebuah dunia yang terbatas untuk segelintir orang yang mengklaim dirinya berbakat di bidang ini. Namun dunia tulis menulis sesungguhnya adalah sebuah dunia yang oleh siapapun mampu dan wajib untuk memasukinya. Terlebih lagi bagi para civitas akademica, seperti para mahasiswa. Demikian juga para birokrat, pegawai dan pelajar di jenjang pendidikan formal maupun non formal.
Adanya anggapan klasik yang menggolongkan bahwa kemampuan menulis adalah sebuah bakat, merupakan sebuah kekeliruan yang telah mengakar di masyarakat kita. Menulis adalah sebuah kebiasaan, dimulai dari latihan, mencari ide-ide kreatif. Semua orang pasti memiliki ide dan tentunya kemampuan untuk berfikir. Dan yang memjadi masalah sekarang bagaimana dia menuangkan ide itu menjadi sebuah tulisan yang baik dan berisi. Nah, disinilah kita dituntut untuk berlatih dan berlatih.
Bahkan para penulis-penulis besar sekalipun tidak terlahir dalam keadaan memegang pena dan lalu menuliskan syair-syair atau buku-buku tebal yang menyebalkan. Semuanya ada proses pembelajaran. Bahkan tidak jarang mereka pada awalnya menerima penolakan, tetapi intinya berada pada semangat dan kemauan kita.
Sebuah tragedy kehidupan jika pada masa ini, banyak para intelektualis yang malas untuk menulis. Mereka menganggap bahwa menulis itu hanyalah sebuah penyampaiaan teori yang tidak sepenting praktek. Selain itu juga, niat dan tuntutan dari keadaan juga tidak ada lagi. Jika kita melihat bahwa banyak mahasiswa yang jadwal wisudanya tertunda hanya karena belum merampungkan skripsinya. Berkali-kali ditolak oleh dosen pembimbing. Hal ini bisa diakibatkan karena kualitas tulisan yang dibuat tidak memenuhi porsi seorang mahasiswa. Pertanyaannya sekarang adalah dari mana kita mendapatkan porsi itu. Jawabnya menulis. Semakin biasa kita menulis semakin mudah kita untuk menyajikan buah pikiran kita dalam bentuk tulisan.
Lain halnya seperti mahasiswa-mahasiswa di luar negeri. Skripsi maupun tesis mereka tidak jarang di cetak menjadi sebuah buku pembelajaran. Hal ini karena kualitas dan bobot dari materi tulisan itu memang memenuhi standar mutu dari buku referensi.
2. MENULIS ADALAH SEBUAH PEKERJAAN
Tidak salah lagi, banyak orang yang menggantungkan hidupnya dengan berharap dari royalti yang diterima dari tulisan-tulisan yang dibuatnya. Sebagai salah satu contoh adalah J.K. Rowling. Mungkin nama ini sudah tidak asing lagi bagi kita. Ya benar sekali. J.K. Rowling adalah penulis buku Harry Potter yang terkenal itu. Dulunya dia adalah seorang janda anak satu yang baru dipecat dari pekerjaannya. Dalam keputus asaannya dia menulis sebuah nove yang sebelumnya tidak dia bayangkan akan seterkenal sekarang. Dari penjualan buku Harry Potter inilah, membawa J.K. Rowling menjadi salah satu penulis sekaligus salah satu orang terkaya di dunia.
Masih banyak tokoh-tokoh lain yang menggantungkan hidupnya dari dunia tulis menulis. Memang tidak bisa kita pungkiri bahwa dunia tulis menulis itu tak selamanya indah, namun juga sebuah kenyataan bahwa dunia tulis menulis juga sangat menjanjikan. Selama kita bisa mempertahankan kualitas dari tulisan kita itu sendiri. Tapi yang terpenting adalah prosfesi penulis itu sangat menjanjikan.
3. PENULIS DISAMAKAN DENGAN PAHLAWAN
Mungkin ia, mungkin juga tidak. Mengapa saya katakan demikian? Memang banyak kita lihat dan tahu penulis-penulis terkenal yang namanya harum. Dikenang sama halnya seperti seorang pahlawan. Di Indonesia sendiri, banyak penulis-penulis terkenal yang hingga kini namanya tidak akan pernah lekang dari perjalanan panjang sejarah negeri ini.
Tetapi memang tidak sedikit dari penulis-penulis yang harus mendekam di penjara, bahkan dibunuh karena dianggap tulisannya menghasut banyak orang. Seperti tokoh besar Ir. Soekarno yang harus rela diasingkan karena bukunya yang berjudul “Indonesia Menggugat”. Yang mana dalam tulisannya itu beliau menuntut kemerdekaan Indonesia dari tangan Belanda. Karena dianggap berbahaya beliau pun ditangkap.
Tidak kita sadari juga, banyak dari penulis-penulis yang menghina dunia tulis menulis itu sendiri. Mereka merendahkan diri mereka dengan tulisan kacangan tak bermutu yang memuat tulisannya tentang pornografi, SARA dan provokasi tak berguna. Tetapi kita tidak menyadari bahwa tuntutan pasar memang hal yang seperti itu. Banyak buku-buku yang mengacu pada penghinaan terhadap suatu agama. Sangat disayangkan jika dunia tulis menulis yang semestinya memberikan pembaca wawasan malah memecah belah masyarakat itu sendiri.
4. PENULIS ITU SELALU DIKENANG
Mungkin salah satu contoh kecil dari manfaat menulis itu adalah memberikan ketenangan batin dan kepuasan yang tiada tara. Seorang penulis yang baru saja merampungkan sebuah tulisannya akan merasa sangat puas memandangi dan berungkali membaca hasil jerih payahnya itu.
Namun selain itu manfaat dari menulis itu sendiri, selain dari komersil yaitu membawa kita pada sebuah kehormatan. Seperti kata bijak dari Pramudia Ananta Toor, “Sepandai-pandainya seseorang, jika ia tidak menulis ia akan dilupakan dari sejarah”. Menulis dapat membuat kita kaya, terkenal tetapi yang paling penting kita dikenang sepanjang masa.
Para filosofis dunia tidak akan dikenang jika pemikiran mereka itu tidak tertuang dalam bentuk tulisan. Seperti Plato, Socrates, Aristoteles, Karl Max, Van Kahn dan para filsuf dunia lainnya. Salah satunya seperti bukunya Aristoteles yang berjudul “Politeia”, walaupun Aristoteles itu hidup di jaman sebelum masehi, tetapi semua orang mengenalnya melalui tulisannya dan teori-teorinya. Bahkan buku “Politeia” nya itu masih dicetak dan sangat dicari oleh orang-orang pemburu ilmu.
Mungkin demikianlah sedikit pandangan mengenai kebiasaan menulis. Bahwa sesungguhnya menulis itu sangat mudah. Mari kita mulai dari yang sederhana dulu, seperti menulis buku harian. Jangan pernah putus asa ketika tulisanmu ditolak. Lakukan terus dan terus. Sampai kelak menjadi seorang penulis yang dikenang. Karena “ Pena seorang penulis tidak akan pernah kehabisan tinta”.
Sedkian tentang KEBIASAAN MENULIS.
Terima aksih.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.