TERIMA KASIHKU UNTUKMU puisi, cinta, ibu, guru, adalah, contoh, tentang alam, kemerdekaan, pendek, syair puisiIN tulisIN-karya kekitaan - karya selesaiin masalah

TERIMA KASIHKU UNTUKMU

TERIMA KASIHKU UNTUKMU

Puisi | Penulis
1-9  A  B  C  D  E  F  G  H  I  J  K  L  M  N  O  P  Q  R  S  T  U  V  W  X  Y  Z

Kisah cintaku berlangsung dan terpatri dengan indah di hari kemarin. Setidaknya, kami pernah menjadi sepasang kekasih dengan aroma rasa bahagia. Bahagia sekali. Bahagia ketika bersama-sama mendengarkan lalu memuji lantunan melodi-melodi indah yang dimainkan separuh penghuni jagat senja. Bahagia tatkala sepasang senyum terpasang melihat rona wajah gemerlapan bintang-bintang dalam selimut langit malam yang selalu menemani dan menghangatkan kebersamaan itu.

Saban hari saban terasa indah pun terasa semakin berbeda, penuh dengan rayuan romantisme indah, se-indah petikan gitar dan nyanyian merdu suaranya mengiringi gontai langkah burung-burung senja yang hendak pulang kembali ke sarangnya.

Terkadang muncul gelora rasa, akulah sosok yang paling beruntung bisa bersua bersamanya dalam rahim cinta dan rindu yang menggelora. Cinta yang tumbuh dengan kehangatan dan rindu yang bermekar mesra meresap ke kedalaman sanubari rasa, hingga piawai pancaran pesonanya mengaliri sepanjang nadi nafas.

Kala itu hadir berseliwerkan mahligai-mahligai asa yang sangat damai, perihal cinta yang bertalaran di atas gerak ritmik ketulusan dan kesungguhan mencinta. Aku merasa kehadirannya membangkitkan seseduh gairahku untuk….Ya, untuk selalu bersua bersamanya, di sampingnya hingga bakal memasuki usia senja dengannya.

Barangkali, sosok laki-laki idaman jiwaku yang selalu saja aku untaikan dalam setiap sunyi senyap, tidaklah lain adalah ia seorang, ketika aku mengatupkan tangan dengan sesimpul ujud kepada Sang Pemilik Cinta. Aku bahkan sangat optimis, perihal mendulang cinta bersamanya merupakan jawaban dari lirih nadar penghujung doaku.

Baca Juga
HIDUP DAN SECANGKIR KOPI
SOLO SOLITUDE

Suka menulis?

Mau menghasilkan dari tulisan mu?
Yuk mulai #hidupdariKARYA
tulisIN apa aja?

Setiap kali kesempatan untuk berada bersama, rasa-rasanya tak mampu lagi aku menjangkau keseluruhannya. Sebab, dia sangat sempurna di mata jiwaku.

Itulah kisah kemarin. Kisah tentang romantisme jiwa namun telah berlalu lantaran di hantam misteri waktu yang rahasia datangnya masih belum sanggup tersibakkan.

Kisah kemarin merupakan lembaran-lembaran jejak. Sebuah jejak tentang fatamorgana senja yang indah sehabis terik siang yang menyengat. Jejak tentang terbitnya fajar pagi selepas tetes-tetes embun berjatuhan dari pelepah dedaunan.

Sebuah jejak tentang lembaran-lembaran lama yang menyeretku pada tangisan berpadu rindu, sederas tiris hujan di atas atap. Kendati di sini dan sekarang, aku hanya tinggal membisu sembari berkhayalkan dirinya sambil diam-diam berharap mimpi-mimpi bakal menjumpakan kembali, karena dunianya-duniaku berbeda, jauh tak terjangkau.

Aku juga memang sadar, mencintainya tanpa alasan adalah kenyataan yang membuatku betah dan tabah menetap di pundak cintanya. Hasrat hati selalu berdengung; “Sesuatu yang sangat berharga dari jatuh cinta adalah saling memiliki. Aku miliknya. Dia milikku.” Bahkan, aku sangat percaya, aku-lah masa depan yang telah ditakdirkan Tuhan untuk menua bersamanya.

Baca Juga
PUJIK SENJA YANG KAU CINTA.
KEPADA SANG IBUNDA

Akan tetapi, takdir justru berkata lain. Kami harus berpisah di saat hati sedang menumbuhkan kelopak-kelopak cintanya yang tumbuh subur di dalam doa dan harap. Yang bisa aku lakukan hanyalah terpaku sendu karena duka permaisuri jiwa yang telah ditinggal pergi oleh sang pangeran hati.

Namun, hingga detik ini pun, posisinya sesentipun tak tergeser dan tak tergantikan di hatiku. Meski aku kadang menyaksikan malam-malam yang jatuh tertelungkup dengan wajah yang sarat lumuran luka. Setiap bias temaramnya penuh memar dan lebam, semenjak dia enggan berbisik pada senja yang ditombaki hujan lalu berlalu pergi. Meski demikian, tak jemu-jemunya tetap kubasuh tipis senyumnya dengan petikan tangisku yang lara.

Aku juga kerap mendapati diriku seperti jenazah century terbujur kaku yang liang lahatnya, rebah di pangkuan jantung kering nan perih dan siksaan rindu yang berdarah.

Aku juga kerap mendengar senandung di kejauhan sana, madah-madah ratapan, darasan mazmur-litany penebah duka lara yang selalu mengiringi luruhnya daun-daun jiwaku ke lempung berpadas keras, karena tembang rindu dari tanah tandus jiwaku dan tiris bunyian hujan dari tudung langit asmara hatiku.

Dari jarak nun jauh, aku kadang juga melihat harapan-harapanku menangis berjatuhan karena diteriaki rasa penyesalan yang sangat mendalam. Saat-saat di mana aku jatuh ke titik ketakutan paling akut terhadap kehilangannya. Dari pudarnya aura senja, kusamnya selempang malam, aku tetap yakin bahwa memang cinta tak akan luput dari kehilangan, tetapi pula cinta yang lain bakal hadir dengan rupa yang lebih indah dan menawan, laksana bunga saroja yang tetap tumbuh mekar indah, di tengah ganasnya pandemi kemarau panjang.

Baca Juga
ELEGI ANAK LARA
Jadilah Seperti Bunga di Taman

Dari sekian keluh-kesah, rasa berduka, tirisan air mata dan sakit yang menghantam palung jiwa, aku tetap percaya bahwa masih ada secercah harapan kalau cinta akan datang dengan masa-masa indahnya kembali.

Kini, setidaknya aku paham, perpisahan adalah juga permulaan yang baru. Dan aku harus bangkit berjuang untuk menjadi semakin dewasa dalam menanam cinta kembali dan menumbuhkan pucuk-pucuknya, lantaran jebakan kenangan dan perangkap memori kemarin yang masih belum sempat aku lupakan.

Justru lantas benarlah adagium; “Seseorang menjadi kuat setelah merasakan pahitnya kehilangan.”

Aku hanya ingin haturkan rasa syukur dan terima kasihku setinggi-tingginya-untuknya-yang telah menjadi pengelana cinta bersamaku dalam rangkaian kisah-kisah yang lalu. Terima kasih telah menjadi tokoh dan bagian terpenting yang telah ada bersama separuh hidupku.

Terima kasih telah mengenalnya sebagai anugerah terindah hidupku. Aku tak akan pernah mengakhiri semuanya dengan bubuhan rasa dengki, amarah, sakit hati atau dendam. Tetapi, aku selalu mengerumuninya dengan pajangan-pajangan doa-doaku dan berharap nanti cinta yang sama menyatukan kita kembali.

Baca Juga
GUNDAH
TERIMA KASIHKU UNTUKMU

Punya cerita tentang puisi ini?
Silahkan komen dibawah ya.

Apapun mesin pencarinya.
kekitaan sumbernya.

Semoga bermanfaat.
Seneng bisa berbagi.

pasangIN iklanmu disini!

GRATIS iklan pertama.
Bonus review produk untuk 27 pengiklan pertama.

Terimakasih
canva.com dibuka pukul 17:44 WIB pada hari Senin tanggal 09 November 2021

karya penulis tulis
Yuk mulai #hidupdariKARYA

Kata kunci lain yang sering dicari…
tulisIN, November 2021, November, 2021,
Mario_A.R, TERIMA KASIHKU UNTUKMU,


Terbit

dalam

oleh

Comments

Tinggalkan Balasan