Sekian sudah manusia hidup, pertanyaanya apakah ini sudah saatnya ? melamar kematian ?
Ku termenung, mungkin seperti ini gambarannya..
Manusia yang penuh dosa melamar mu wahai kematian…
Dengan sejuta kata merayu tuhan dipersembahkan
Kamu tak terima ? itu wajar karena diri ini penuh dosa
Apalagi yang harus kuperbuat jikalau nafsu terus berdatang menghilangkan rasa santun, menghilangkan kesopanan, menghilangkan asusila
Menyetubuhi, merasuk akal sehat seorang hamba, tak lagi berfungsi
Mati tak seindah sinaran pagi, lebih baik terkujur kaku kembali ke pangkuan ilahi
Tak lagi menjadi sang idaman, bahkan gejolak perubahan takpernah menelan
Kala itu ku ingat kita bercumbu menikmati gelapnya 1×4 meter kuburan
Munkar nakir menjadi saksi cinta kita..
Betapa menegangkan sosok hitam penuh manja
Merintih sedih menjadi kata manis pembuka pembicaraan
Dilanjut dengan keringat yang membanjiri kubur menjadi kolam hangat pelebur dosa
Ekspresi mu yang datar seolah membuka gerbang neraka tempat kediaman
Elegi sunyi poros dunia biasa saja
Yang ada hanya sorak metamorfosa batin siksa
Yaa.. Mungkin kita tidak mengetahui berapa lama lagi, menjemput mahar, atau dijemput ajal ? kok bisa ? karena manusia sudah seperti binatang.. menggunakan nafsu demi hasrat kepentinganya, berlomba untuk terlihat berkelas, namun nyatanya ada rintihan tangis ayah bunda mengutip sebutir nasi untuk memperpanjang hidup kita..
Mungkin sudah saatnya, manusia mempersiapkan keranda untuk membungkus semua hasratnya, mulai terbiasa dengan alunan rintih dosa yang ia lakukan, dan tenang bersama kematian..
pasangIN iklanmu disini!
GRATIS iklan pertama.
Bonus review produk untuk 27 pengiklan pertama.
Kata Kunci Sering Dicari :
tulisIN, 13, September, 2020, 13 September, 2020, September 2020, 13 September 2020,
puisi, melamar kematian,
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.