Sebelumnya
#CerpenKita #7
DEFENSE | Episode 2
Suara tembakan peluru terus terdengar meski hari mulai gelap. Peluru terus menyerbu dengan seluruh amarahnya hingga meninggalkan bekas seperti sebuah hati yang tergores habis.
“Besok ada perang?” tanya seseorang menghampiri.
Tak ada jawaban. Hanya suara peluru yang terus keluar tiada henti seolah menjadi pelampiasan untuk mengeluarkan segala yang mengganjal di hatiya.
“Bri!”
Brian medengus kesal.
“Lo kenapa sih gangguin gue mulu? Lo kurang kerjaan atau gimana?” protes Brian yang tanpa sadar membentak Mirza. Sahabatnya.
“Yang kurang kerjaan itu lo, bego! Apa lo pikir dengan cara kayak gini masalah lo bakalan kelar? Nggak!” balas Mirza dengan suara tak kalah keras.
Brian kembali mendengus kesal. Ia lalu meletakkan pistol latihannya dan duduk di tempat istirahat. Melepas perangkat latihannya dan menatap lurus ke arah sasaran.
“Bentar lagi kita bakalan balik. Lo nggak pengen gitu balik dengan cara damai?” tanya Mirza yang ikut duduk di sebelah Brian.
“Gue belum siap ketemu sama Sastra,” ucap Brian singkat.
“Sampai kapan bakalan kayak gini terus?”
Brian mengacak rambutnya frustasi. Ia bingung harus bagaimana untuk memulainya lagi. Brian tahu, Sastra pasti tidak akan dengan mudah menerimanya lagi setelah ia menghianati kepercayaan gadis itu.
“Gue tahu kalau posisi lo serba salah di depan Sastra. Tapi kenapa lo nggak coba jelasin ke dia? Malu karena lo yang harus mulai atau karena lo ngerasa harga diri lo bakalan jatuh kalau lo yang mulai, jadi lo nunggu Sastra duluan, gitu? Nggak akan selesai, Bri. Lo itu cowok. Nggak ada salahnya mulai duluan. Daripada lo nyiksa diri lo sendiri kayak begini?” saran Mirza.
“Tapi Sastra nggak akan pernah percaya lagi sama gue, Za. Dia udah kecewa banget sama gue. Dia udah benci sama gue,” timpal Brian putus asa.
“Itu tugas lo, Bri. Bikin Sastra percaya lagi. Lagian semuanya masih belum terlambat. Masih ada kesempatan buat memperbaiki semuanya. Kalau lo udah kayak gini sebelum berani nyoba, sama aja lo nyerah sebelum berperang. Sejak kapan kita dilatih jadi kapten cemen? Lo sama aja hina harga diri kita,” tandas Mirza.
“Sastra bukan….”
“Gue tahu. Gue tahu kalau Sastra nggak akan nerima lo segampang itu. Buktikan ke dia kalau lo itu bisa bikin dia percaya lagi sama lo. Kalau lo cinta sama dia, jangan biarin dia pergi. Gue yakin kalau Sastra juga masih cinta sama lo.”
Untuk sekian kalinya, Brian menghela napas panjang. Helaan berat yang tertuju pada pujaan hatinya. Hatinya serasa diremas dengan keras hingga tak menyisakan ruang agar ia dapat bernapas dengan lega. Siksaan batin yang berhasil membuat jiwanya terasa hampa. Suara basah Sastra yang manja adalah salah satu penghibur lara ketika Brian dilanda bosan saat menjalankan tugasnya sebagai abdi negara.
“Nusuk musuh aja lo berani, masa nusuk Sastra pakai cinta nggak berani? Gue yakin, dia mau maafin dan kembali ke lo lagi. Ya, meskipun itu bakalan sulit pada,” tutur Mirza sambil meringis ngeri saat membayangkan Sastra membakar temannya dengan ucapannya yang sadis atau dengan air matanya. Brian tidak akan pernah tega dan bahkan bisa jatuh bila melihat wanita yang ia cintai menangis di depannya. Mirza juga tidak bisa membayangkan betapa terpuruknya Brian jika benar-benar kehilangan Sastra.
“Kenapa jadi lo yang ngelamun?” ucap Brian heran.
Mirza langsung nyengir. “Udah, ah. Ayo Balik. Lo mau mati dimakan ular di sini? Anak-anak udah packing semua. Mending lo cepetan makan terus packing. Kita akan terbang sepuluh menit lagi,” suruh Mirza yang kemudian menepuk bahu Brian. Ia berharap bisa memberikan kekuatan untuk sahabatnya itu. Sahabat yang selalu setia dan saling membantu satu sama lain.
Brian mengangguk mantab. Ia akan mencoba untuk memulai dan memperbaiki segalanya untuk mendapatkan kebahagiaan yang selalu didambakannya. Sastra Binara.
#Cerpen P.N.Z. | |
#CerpenKita #6 TERPENDAM | Episode 1 ASK ABOUT IT | Episode 2 REASON | Episode 3 | |
#CerpenKita #7 DEFENSE | Episode 1 KALAP | Episode 2 BEAUTY NIGHT | Episode 3 |
***
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.