15 kata bijak Najwa Shihab

Najwa Shihab merupakan salah satu presenter terkenal di Indonesia. Putri kedua dari Prof. Dr. Quraish Shihab ini dikenal cerdas saat mewawancarai banyak tokoh penting di Indonesia. Kata-kata bijak dari Najwa Shihab bisa menjadi motivasi dalam menjalani hidup.

Pembawaannya yang lugas dan tegas saat tampil di televisi membuat Najwa Shihab memiliki banyak penggemar. Najwa Shihab juga dikenal cerdas dan kritis saat melontarkan pertanyaan kepada narasumbernya.

Tak hanya cantik, perempuan yang akrab dipanggil Nana ini lahir di Makassar pada 16 September 1977. Meskipun lulus sebagai Sarjana Hukum di Universitas Indonesia, Najwa Shihab lebih memilih terjun di dunia jurnalistik daripada sebagai seorang pengacara.

Berikut 15 kata-kata bijak Najwa Shihab.

  1. “Di pundak pemimpin yang bebas korupsi, di situlah masa depan negeri.”
  2. “Keadilan jadi barang sukar, ketika hukum hanya tegak pada yang bayar.”
  3. “Sejarah akan menghitamkan mereka yang layak dijatuhkan, sejarah akan meninggikan mereka yang memang layak dimuliakan.”
  4. “Kekurangan jangan terlalu dikhawatirkan, selama kepemimpinan berjalan penuh keterbukaan.”
  5. “Jabatan menjadi berhala, ketika penguasa lebih sayang dukunnya.”
  6. “Tidak gampang takluk oleh kegagalan, terus mencipta momen kebangkitan.”
  7. “Nasionalisme bukan slogan mati, tapi pengorbanan kolektif membela visi.”
  8. “Karena itu jadilah seorang pembaharu, biar orang lain yang ikut meniru. Daripada terus mengikuti tren tanpa henti, sebab hidup bisa habis tanpa diisi.”
  9. “Harta dan tahta, memang dua sisi yang tak bisa dipisahkan. Perputaran uang, jadi bahan bakar kekuasaan.”
  10. “Bukankah melelahkan jika selalu ikut tren, apalagi hanya agar dianggap keren.”
  11. “Media yang kuat butuh rakyat yang terlibat, mengelola kebebasan dengan bertanggung jawab.”
  12. “Apa arti ijazah yang bertumpuk, jika kepedulian dan kepekaan tidak ikut dipupuk?”
  13. “Disiplin ilmu hanyalah modal pertama, ijazah cuma selembar kertas di atas meja.”
  14. “Di tanah kita agama dan tradisi saling memberi arti, membuka peluang untuk saling menghargai.”
  15. “Di tengah pusaran kegelapan, kejahatan kerap dimaklumi sebagai kewajaran.”

Terbit

dalam

oleh

Tags:

Comments

Leave a Reply