Suku Dompu | Nusa Tenggara Barat

Suku Dompu | Nusa Tenggara Barat

Yuk hidup dari karya, MENULIS SEKARANG↗️

Salam #MasBro #MbakBro

Suku Dompu merupakan salah satu suku bangsa yang terletak di Pulau Sumbawa,  Kabupaten Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat[1]. Suku Dompu tersebar di empat kecamatan, yaitu Huu, Dompu, Kempo, dan Kilo. Jumlah penduduk dari hasil persebaran tersebut yaitu, di kecamatan Kilo[1] memiliki jumlah penduduk 5.990 jiwa, sedangkan yang tercatat sebagai suku Dompu adalah 50% dari keseluruhan. Di kecamatan Dompu[1] yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 59.526 jiwa, tercatat 85% wargannya termasuk suku Dompu. Di kecamatan Kempo[1], yang berpenduduk 25.148 jiwa, sebanyak 82% tercatat sebagai suku Dompu. Di kecamatan Huu[1], yang berpenduduk 12.447 jiwa, tidak ada jumlah pasti tentang berapa orang yang termasuk dalam suku Dompu, tetapi suku  Dompu merupakan penduduk terbanyak di kecamatan tersebut. Di kabupaten Dompu, ada juga suku lain yang sama-sama hidup berdampingan. Suku tersebut di antaranya suku Donggo, Bima, Sasak, Melayu, Bugis, China, Arab, Bali, dan Timor. Kabupaten Dompu dahulunya adalah  kerajaan tertua di Indonesia timur, yaitu kerajaan Dompu.

Bahasa

Bahasa daerah yang digunakan oleh suku Dompu yaitu bahasa atau biasa juga disebut bahasa Bima Nggahi Mbojo[1], Namun, ada juga masyarakat yang menggunakan bahasa Melayu, Bali, dan Sasak sebagai bahasa penutur di kehidupan sehari-hari.  

Mata Pencarian

Mata pecarian masyarakat suku Dompu adalah petani, pedagang, peternak, dan nelayan[1]. Hasil Pertanian di ataranya ialah ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai, dan

jagung, sedangkan hasil kebun di antaranya tembakau, kapuk, kemiri, pinang, dan asam.

Agama

Agama yang dianut suku Dompu adalah Islam[1], sekitar 98% penduduk kabupaten Dompu beragama Islam. Ulama dipandang sangat baik karena berpendidikan yang tinggi serta berkehidupan yang layak.

Tradisi

Salah satu upacara yang terkenal di suku Dompu yaitu upacara Peta Kapanca[2]. Upacara Peta Kapanca merupakan bagian dari tradisi pernikahan yang disadur dari adat Bima, yang dilaksanakan sebelum pelaksanaan akad nikah di rumah calon pengantin perempuan. Kegiatan utama dari upacara ini adalah untuk melumatkan daun pacar atau inai yang berwarna merah di kuku calon penganti perempuan, yang dilumatkan secara bergantian oleh para perempuan yang hadir di acara tersebut. Makna dari upacara ini adalah  sebagai pengharapan dari seorang ibu agar putrinya bisa mengikuti jejak calon pengantin, sedangkan para gadis dapat menjadikan upacara ini sebagai contoh untuk segera mengakhiri masa lajang. Tahapan dari tradisi ini adalah sebagai berikut[2]:

  1. Acara sangongo, yaitu mandi uap dengan beraneka bunga dan rempah.
  2. Siraman (boho oi ndeu).
  3. Cafi ra hambu maru kai adalah kegiatan membersihkan kamar calon pengantin perempuan.
  4. Pelumatan daun inai pada kuku-kuku calon mempelai perempuan.
  5. ndiri biola, adalah nyanyian tradisional yang dilantunkan hingga pagi hari.

Selain upacara adat, di Dompu ada suatu kesenian yang telah lama berkembang. salah satu kesenia itu diberi nama ndiri biola[2]. Kesenian ini dimainkan satu orang laki-laki dan satu perempuan. laki-laki bertindak sebagai pemain biola (violis) dan sesekali menyanyi sedangkan perempuan sebagai penyanyi utama. Sebelum kedatangan alat musik modern seperti orkes Melayu atau orgen tunggal, rawa mbojo merupakan salah satu kesenian rakyat yang popular pada masanya. Musik ini biasa dipentaskan saat acara pernikahan warga. ndiri biola biasanya digelar di rumah pemilik hajatan usai berlangsung acara.Personelnya biasanya dua orang, yaitu sebagai pain biola dan vokalis. Syair lagu yang disampaikan berisi pantun percintaan (patu ne-e angi), sindiran (patu ka’boha) dan pantun agama (patu dali)

Rumah Adat

Rumah adat suku Dompu bernama uma jompa dan uma panggu[3]. Uma jompa mempunyai fungsi sebagai tempat menyimpan lumbung padi. Letaknya terpisah dengan rumah tinggal penduduk suku Dompu. Uma jompa mempunyai tiga lantai. Lantai pertama, digunakan untuk menerima tamu ada upacara adat, lantai kedua berfungsi sebagai kamar dan dapur, dan lantai ketiga serfungsi sebagai tempat menyimpan bahan makanan. Uma panggu/uma ceko adalah rumah sekaligus tempat tinggal bagi masyarakat Dompu. Bagunan ini terbuat dari kayu yang berbentuk panggung.

Pakaian Adat

Pakaian adat dari suku Dompu dibedakan untuk perempuan dan laki-laki[1]. Pakaian adat perempuan terbagi menjadi dua, yang dibedakan sesuai fungsi dan status sosialnya. Pertama, Rimpu Colo[1] adalah pakaian yang digunakan oleh perempuan yang sudah menikah. Bentuk pakaiannya menutupi seluruh tubuh, yang terlihat hanya wajah, telapak tangan, dan telapak kaki. Kedua adalah Rimpu Mpida[1] adalah pakaian yang digunakan perempuan yang masih gadis (perempuan yang belum menikah). Rimpu sendiri adalah jilbab khas suku Dompu. Dibutuhkan dua lembar kain sarung untuk membuat rimpu. Makna dari rimpu selain menjadi sebuah tradisi yaitu bagi perempuan agar menutup auratnya sehingga mampu menjaga diri dan dihormati orang lain. Tradisi rimpu mulai dikenal sejak masuknya Islam di Bima yang dibawa oleh tokoh-tokoh agama dari Gowa Makassar. Pakaian adat untuk laki-laki di suku Dompu adalah Katente tembe yaitu celana pendek dari kain, Pakaian ini biasa digunakan ketika pergi ke sawah, dan ke gunung. Namun, pada saat ini baju koko adalah pilihan kedua yang sering digunakan oleh laki-laki di Suku Dompu.

Permainan Tradisional

Permainan tradisional di suku Dompu salahh satunya Mpaá Tutu[4], yang dimainkan sembari menyanyikan lagu yang liriknya adalah sebagai berikut:

Tutu Kalikuma ma

Sa anggo ngo

Wai lele le

La jami mpako

Kadui ma mpiki

La hasa nggero

Ma doho di nggaro

Kapela sara goa gopa

Ina na’e gepu

Tutu Kalikuma bisa dimainkan oleh perempuan atau laki-laki dengan jumlah 5-8 orang[4]. Posisi awal, anak-anak bersila dan melingkar kecil, telapak tangan digenggam dengan posisi tersusun tegak lurus . Seorang yang genggaman paling atas bernyanyi sambil memukul tumpukan kepalan tangan temannya yang ada dibawah. Pada setiap akhir lagu, genggaman yang dibawah dibuka. Bersamaan dengan itu terjadi dialog antara para pemain dengan pemain dalam bentuk tanya jawab. Permainan tradisional ini, mirip dengan permainan paciwit-ciwit lutung di suku Sunda. Selain permainan tradisional Mpaa Tutu, masih ada permainan tradisional lainnya yang biasa dimainkan anak-anak suku Dompu, diantaranya[5]: Mpa’a Kawongga, Mpa’a Gopa, Mpa’a Ngepa, Mpa’a Kaleli, Mpa’a Kajuji, Mpa’a Geta, Mpa’a Kaneke, Mpa’a Tapa Gala, Mpa’a Wele, Mpa’a Bedi, Mpa’a Janga Mpa’a Kasi’i, Mpa’a Taji Isi mangge, Mpa’a Oro Sampa, dan Mpa’a Kole.

Tarian Adat

Jenis-jenis tarian adat dari suku dompu yaitu[1]:

  1. Tari Sampela Ma Rimpu[6], bercerita tentang gadis dari suku Dompu yang akan pergi ke suatu telaga serta menggunakan rimpu kain yang berwarna warni.
  2. Tari Mama Ra Isi[6], adalah tari penyambutan yang dikhusukan untuk tamu.
  3. Tari Muna Ra Medi[6], berkisah tentang proses pembuatan kain yang ditransformasi menjadi sebuah tarian.

Makanan Tradisional

  1. Sambal doco[7], terbuat dari irisan tipis mangga muda, tomat, daun kemangi. Hasil akhirnya memiliki citra rasa yang asam.
  2. Uta Palumara[7], bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia artinya Ikan yang berkuah asam, manis, pedas, dengan tambahan aroma khas daun kemangi.
  3. Uta Londe Puruh[7], adalah hidangan Ikan palumara (ikan bandeng) yang sering dipadukan kelapa muda. Rasa dagingnya manis, dan gurih.
  4. Uta mbeca parongge[7], adalah sayur bening daun kelor, makanan khas masyarakat Bima.

Masih ada pertanyaan?
Masih butuh informasi lainnya?
Silahkan chat sama mimin kita, buat minta dibuatin tulisannya ya kekitaan.com/ButuhTulisan

Seneng bisa berbagi.
Pasti bermanfaat.

Suka menulis?
Silahkan daftar untuk menulis tentang fakta Indonesia lainnya.
Sama seperti di youtube #MasBro #MbakBro akan mendapatkan penghasilan dari views.
Mari #HIDUPdariKARYA
Mau tanya? klik
 kekitaan.com/mauNULIS

Terimakasih
id.wikipedia.org dibuka pukul 12:27 WIB pada Hari Senin tanggal 16 November 2020

Referensi

 

Kata kunci lain yang sering dicari …Suku Dompu, Suku Dompu di Nusa Tenggara Barat, Suku di Nusa Tenggara Barat, Suku indonesia, suku di indonesia

Comments

Tinggalkan Balasan