Salam #MasBro #MbakBro
Suku Dayak Banyuke adalah salahsatu sub-suku Dayak yang mendiami Provinsi Kalimantan Barat. Sebutan “Dayak Banyuke” diambil dari nama kota orang Banyadu pada masa lalu yaitu kota Banyuke yang merupakan sebuah Bandong (ibu kota atau pusat pemerintahan) orang Banyadu pada masa lalu, yang pada saat ini hanya berupa sebuah kampung yang terletak di desa Samade kecamatan Banyuke hulu. Sedangkan sebutan “Suku Dayak Banyadu” diambil dari istilah dalam bahasa mereka sendiri yaitu asal kata ” Nyadu” yang artinya ” Tidak” kata ini digunakan sebagai istilah pembeda dialek dengan dialek Dayak lainnya.
Sejarah Eksistensi
Berdasarkan cerita dan analisis terhadap bahasa mereka. Kita dapat mengetahui bahwa Dayak Banyuke atau Orang Banyadu adalah subsuku Dayak yang terbentuk dari asimilasi atau pencampuran antara Dayak Bidayuhik Bakati dengan Dayak Kanayatn. Mereka adalah subsuku Dayak yang terbentuk dari percampuran antara anak cucu kakek Salutok Salunukng bersama pengikutnya dengan anak-cucu Kakek Lubish dan pengikutnya.
Salutok Salunukng adalah salahsatu putra raja terakhir Dayak Bidayuh dari kerajaan Sikukng (Sungkung). Raja Sikukng yang terakhir ini bernama Siang Nuk Nyinukng. Kejadian ini terjadi beribu-ribu tahun, sebelum tahun masehi (tahun kelahiran kristus). Awalnya Salutok Salunukng bersama adiknya yang bernama Buta Sabangam (nenek moyang suku Dayak Bakati) beserta bersama para pengikut mereka, diutus oleh Ayahanda mereka untuk menempati tanah di bagian selatan Sungkung. Di dalam perjalanan Adiknya, Butag Sabangam tidak dapat melanjutkan perjalanan ke selatan, kemudian mereka berpisah. Pada saat berpisah sebagian besar pengikut mereka memilih menemani Buta Sabangam. Akhirnya Salutok Salunukng bersama sebagian kecil pengikutnya, yang masing-masing membawa serta keluarganya memilih melanjutkan perjalanan ke selatan.
Pada suatu masa, keturunan mereka yang masih berbahasa Dayak Bidayuh berasimilasi dengan warga Dayak Bakati yaitu sub-suku Dayak keturunan Butag Sabangam dan pengikutnya. Karena jumlah orang Bakati lebih banyak menyebabkan mereka ikut menggunakan bahasa Bakati yaitu varian baru dari bahasa Dayak Bidayuh. Setelah berabad-abad mereka bercampur dan mendiami kawasan dimana kota Bengkayang berada saat ini. Kemudian mereka membangun kerajaan bersama yang diberi nama kerajaan Bawakng. Hingga pada suatu masa, warga Dayak Kanayatn dengan rombongan besar dari tanah asal mereka dikawasan pesisir barat mendatangi kota Bawakng-Basawag yaitu ibu kota (Bandong) dari kerajaan Bawakng. Disana mereka tinggal bersama dengan orang Bakati. Kedatangan mereka terjadi dimasa pemerintahan raja Saapangko (Sepinggangku / setinggi pinggangku) yaitu masa dimana kerajaan Bawakng mulai jaya, yang pada orang Kanayatn dikenal dengan sebutan masa “Bawakng Nagari Subayatn (Bawakng negeri surgawi). Kejayaan kerajaan Bawakng inilah yang membuat warga Dayak Kanayatn mendatanginya. Setelah warga Kanayatn tinggal, mereka berbaur dengan warga Bakati bahkan banyak orang Kanayatn yang menikah dengan para pembesar kerajaan. Bawakng Basawag (buah bertahunan) yaitu ibu kota kerajaan Bawakng yang terletak di Singakng (lereng) gunung Bawang. Istilah Bawakng adalah kosakata dalam bahasa Bidayuhik kuno sebelum digantikan dengan istilah “buah”yaitu kosakata serapan dari bahasa Dayak Kanayatn. Dan kata “basawag” sendiri terbentuk dari kata “ba” yaitu istilah imbuhan yang bearti “ber”. Dan kata “sawag” yaitu kosakata dari bahasa Bidayuhik untuk menyebutkan “tahun”. Dengan demikian kota Bawakng-Basawag berarti “buah bertahunan”, hal ini disebabkan oleh kawasan kota Bawakng Basawag dahulu adalah kawasan yang menghasilkan beragam jenis buah tropis sepanjang tahun.
Selanjutnya, setelah beberapa abad kemudian. Keturunan Salutok Salunukng yang telah berbahasa Bakati yang tinggal disebelah selatan gunung panokng (Bukit Jamur Bengkayang) mulai berhubungan secara intensif dengan warga keturunan Kakek Lubish yang bermukim disebelah barat daya gunung panokng. Kakek Lubish dan keturunannya berbicara menggunakan bahasa Dayak Kanayatn (orang Bananag). Kakek Lubish adalah salahsatu pemimpin dari warga yang berbahasa Kanayatn yang meninggalkan kota Bawakng Basawag. Beliau dan rombongannya hendak menuju kerajaan Keokng-Kannakng milik Dayak Tobag-Mali, untuk menyebarkan agama Jubata. Kepergian beliau tidak dapat dilanjutkan karena beliau jatuh sakit yang akhirnya memaksakan beliau dan pengikutnya berhenti dan tinggal di selatan gunung panokng.
Lama-kelamaan terjadi proses asimilasi (percampuran) antara anak-cucu keturunan Salutok Salunukng yang telah berbahasa Bakati dengan abak-cucu keturunan kakek Lubish yang berbahasa Dayak Kanayatn (orang Bananag). Percampuran bahasa mereka berkembang menjadi Varian bahasa baru yang dikenal dengan sebutan bahasa Banyadu.
Sebelum orang banyadu menyebar mendiami pedalaman daerah Landak, Bengkayang dan Sanggau kapuas, orang Banyadu mendiami daerah asalnya di daerah Banyuke hulu di Kecamatan Banyuke Hulu kabupaten Landak Kalimantan barat sekarang. Dahulu sebelum menyebar, seluruh orang banyadu mendiami sebuah kota atau kampung besar. Kota yang dibangun oleh orang Banyadu pertamakali itu bernama “Banyuke”. Kota Banyuke dijadikan Bannokng (Baca: Bandong / bandung, untuk anda yang tidak bisa logat Dayak). Istilah Bannokng / bandung sendiri adalah istilah yang bermakna sebagai “pusat pemerintahan atau ibu kota” suatu bentuk pemerintahan. Wilayah pemerintahan orang Banyadu ini dinamai Banua Satona yang ber-bandung pada kota Banyuke. Seringkali kota Banyuke yang merupakan Bandong dari banua Satona ini hanya di sebut dengan nama Bandong satona saja, tentu saja yang dimaksudkan adalah Bandong (ibu kota / pusat pemerintahan) dari banua Satona.
Sejak di mulainya masa Pengayauan di kalangan Bangsa Dayak, nenek moyang Dayak Banyadu mulai menyebar keluar dari Bandong Banua-nya. Orang Banyadu yang menyebar pada masa itu di rintis oleh para prajurit Kayau yang melakukan pengayauan serta penaklukan terhadap subsuku Dayak lain, akibatnya orang Banyadu ( orang yang berasal dari Bandong Banyuke) dimasa lalu menjadi sangat terkenal dan disegani serta di takuti oleh subsuku Dayak lain. Meskipun terkenal dengan kegagahan dan keberaniannya, adakalanya para prajurit Kayau Dayak Banyadu tidak berhasil menaklukkan subsuku Dayak lain, para prajurit kayau Dayak Banyadu yang tidak berhasil membawa Kepala manusia ini, memilih tidak pulang dan menetap di daerah taklukannya serta membangun pemukiman baru di situ dan mengawini gadis-gadis didaerah taklukannya tersebut. umumnya kepergian prajurit Kayau Dayak Banyadu zaman dulu di lakukan melalui jalur sungai, dengan perahu mereka menyusuri hilir sungai yang diberi nama sama seperti nama Bandong-nya yaitu sungai Banyuke. Selain karena aktivitas Pengayauan, penyebaran orang Banyadu juga terjadi karena alasan perladangan, masyarakat pada masa itu mulai mencari daerah baru yang jauh dari Bandong-nya untuk berladang, Sebagai akibatnya banyuke yang sebelumnya berupa sebuah kampung besar / kota lama-kelamaan mengecil hingga hanya menjadi sebuah kampung kecil, karena di tinggal menyebar oleh penduduknya. Ketika berada di luar Bandongnya itulah yang menyebabkan orang Dayak banyadu zaman dulu di kenal dengan sebutan orang Banyuke oleh masyarakat Dayak yang menjadi tetangga negerinya, hal ini terjadi, karena mengingat mereka berasal dari kota Banyuke.
Cukup sering terjadi kekeliruan akan masyarakat Dayak yang disebut Banyuke ini, terutama generasi muda sekarang di mana dalam anggapan mereka yang disebut orang Banyuke adalah Suku Dayak kanayatn yang berdialek Banane / Bangape alias orang Darit dan cenderung teguh meyakininya, padahal yang benar adalah untuk sebutan masyarakat Dayak yang berdialek Banyadu. Hal ini tentu didasari oleh alasan bahwa semua desa atau semua penduduk yang tinggal di hilir dekat muara dan di hulu dari sungai yang mengalir di daerah tersebut adalah orang Banyadu, dan terlebih di karenakan asal kata banyuke itu adalah dari nama kota yang menjadi Bandong atau Bandung (pusat pemerintahan / ibu kota) dari Banua Satona milik orang Banyadu yang terletak di hulu sungai Banyuke tersebut.
Wilayah Penyebaran
Setelah sekian lama orang Banyadu kuno mendiami kota Banyuke tersebut, secara perlahan mereka mulai membangun beberapa pemukiman (Tamakng) baru disepanjang sungai Banyuke dan anak-anak sungai Banyuke. Meskipun kebanyakan warga kota Banyuke membangun tamakng di sepanjang DAS Banyuke, dari mereka ada juga yang langsung membangun parokng dipedalaman seperi parokng insang dan parokng pentek. Hingga suatu masa penduduk kampung-kampung baru tersebut semakin banyak dan karena alasan untuk berladang mereka akhirnya mulai merambah kawasan-kawasan hutan diluar bantaran DAS Banyuke. Dari kampung-kampung disepanjang sungai Banyuke dan anak-anak sungai Banyuke tersebut, kemudian orang Banyadu membangun parokng (Kampung ladang) disekitar ladang-ladang yang mereka buka, warga tamakng untang membangun parokng santibak, paranuk dan madas (taria). Warga dari tamakng bandol membangun parokng lo’ekng, dan parokng sinto dan tamakng bantinga. Warga padakng pio membangun parokng adokng dan sebuah parokng yang telah ditinggalkan warganya yang pindah ke adokng (kampet) parokng itu terletak di antara padakng pio dan sinto sekarang. Warga tamakng madakng membangun parokng palai dan nyangkut (ocoh).
Warga dari tamakng bale (Samoko Pu’utn) terutama keturunan-keturunan puak mereka yang bernama Neng Anjong membangun parokng bihatn dan parokng pancik yang tidak jauh dari tamakng-nya. Sebagian dari keturunan Neng Anjong lalu makin masuk ke pedalaman ke arah utara yang akhirnya membangun parokng nodor, parokng samoko ujung, parokng sanoriatn, parokng samo (lereng gunung samalap) dan parokng tamakng sahu. Pada akhirnya parokng nodor, parokng samo, parokng sanoriatn dan parokng tamakng sahu bergabung di parokng samoko ujung, namun karena lokasi kampung yang sempit karena di kaki bukit akhirnya mereka membangun kampung baru di seberang sungai antawak. Untuk menyeberang sungai antawak orang samoko lalu membuat jembatan kecil yang dalam bahasa banyadu disebut titi. Titian itu dibuat dari batang bambu atau dalam bahasa Banyadu disebut tarekng. Karena titi (jembatan kecil) penyeberangan mereka dibuat dari tarekng (bambu) maka akhirnya mereka menamai kampung baru mereka dengan nama Tititarekng. Warga dari tamakng tamia ojol masuk ke pedalaman ke arah utara, mereka mengikuti jejak warga yang berasal dari tamakng bale. Dipedalaman ke arah utara tersebut mereka membangun parokng tamia sio.
Warga tamakng pangao membangun parokng sabah, parokng karasik (di kaki gunung), parokng pudo, dan parokng ampadatn. Warga tamakng magon membangun parokng barinang manyun, parokng manyun, parokng padakng manyun, parokng kase, parokng antong, parokng sahang, parokng pano alatn, dan parokng tamu. Warga dari tamakng Jarikng membangun parokng ngaro, parokng ojak, parokng sadange dan lain-lain, namun pada abad 15 masehi penduduk yang berasal dari tamakng Jarikng seluruhnya memakai bahasa baru yaitu bahasa Banane. Warga tamakng sunge lubakng membangun parokng tolok, parokng notos, parokng bangsal bahu. Warga tamakng amang membangun parokng paloh bamayak, parokng sunge dihatn, parokng sunge tuba, parokng sunge kunyit, parokng bangsal behe, parokng maran tayan dan parokng-parokng lainnya.
Orang banyadu yang berasal dari tamakng tapis di tepi sungai tenganap (sungai Landak) membangun parokng angkadu, parokng samabak, parokng tanjung petahi, parokng engkalong, parokng sangke, parokng sansa, parokng teinam, parokng kuru, parokng jaga, parokng sunge lonyekng dan parokng-parokng lainnya.
Warga Banyadu yang menempati tanah hadiah di DAS Balantiatn juga melakukan kegiatan perladangan, ladang-ladang mereka sampai di daerah hulu sungai tayan, karena semakin jauh dari kampung-kampung mereka di DAS balantiatn lalu memaksa mereka untuk membangun parokng (Kampung ladang) di sekitar ladang mereka. Adapun parokng-parokng orang Banyadu yang terdapat di daerah tayan hulu adalah di parokng barakak, parokng raman, parokng tapang, parokng sejirak, parokng pagong, parokng pangkalatn, parokng mansan, parokng sungei taras dan parokng sungei ringin dan lain-lain.
Budaya
Adat atau kebiasaan budaya masyarakat Banyadu umumnya sama dengan adat Dayak rumpun Klemantan lainnya, yang membedakannya hanya pada istilah penyebutannya saja. Beberapa contoh upacara adat yang dikenal warga Banyadu, adalah:
- Barapus Gaatn ( Upacara adat pemberian nama kepada Bayi)
- Babalak (Upacara Sunatan adat menurut agama Jubata), Upacara ini dimeriahkan sebagai sebuah pesta.
- Kawen (Pernikahan), dimeriahkan sebagai sebuah pesta.
- Ngandiow (Upacara pemanggilan dan pemberian makan arwah setelah tiga hari dikubur).
- Badingin ( ritual peredaan amarah dan perpisahan dengan arwah, sebelum arwah meninggalkan alam dunia untuk menuju alam arwah, setelah seribu hari kematian).
Selain upacara-upacara diatas. Orang Banyadu juga mengenal beberapa ritual pedukunan, diantaranya adalah:
- Bapishag, Baburas, Batiduk, Bajampik adalah pedukunan untuk menyembuhkan penyakit biologis secara gaib yang paling sederhana dan dengan perangkat ala kadarnya.
- Bakangkokng adalah bentuk pedukunan yang dilakukan untuk menyembuhkan penyakit biologis secara gaib, yang disertai dengan awalan dan akhiran Pamang (Doa) yang dilakukan oleh imam.
- Balenggang adalah bentuk pedukunan yang dilakukan untuk menyembuhkan penyakit biologis secara gaib, yang disertai dengan awalan dan akhiran Pamang (Doa) yang dilakukan oleh imam. Dalam prosesi ritualnya menggunakan musik tradisional, dan pohon sajian yang berisi beragam sajian persembahan yang akan dikelilingi oleh sang dukun. Dalam ritual ini dukun dibantu oleh seorang Dadalang yang bertugas sebagai penabuh gendang dan melantunkan nyanyian-nyanyian sakral yang diperlukan. Ritual ini berlangsung semalam suntuk.
- Baliatn adalah bentuk pedukunan yang diadakan untuk penyembuhan atau penangkal penyakit psikis. Fungsi ritual ini mirif seperti fungsi ritual ruwatan pada suku jawa. Ritual Baliatn pada Dayak Banyuke (orang Banyadu) adalah satu-satunya ritual pedukunan yang dimeriahkan dengan sebuah pesta.
Orang Banyadu juga lumrah memberi nama panggilan atau gelaran kepada anak-anak mereka. Nama-nama panggilan tersebut antara lain:
Pada anak laki-laki:
- Odok / Udok = Anak laki-laki pemimpin
- Otoh / Utoh = Anak laki-laki selanjutnya.
- Oton / Uton = Anak laki-laki tumpuan / tulang punggung.
- Onong = Anak laki-laki kesayangan.
- Ugit = Anak laki-laki pengharapan
- Are = Anak laki-laki sejati.
Pada anak Perempuan
- Dala = Anak perempuan kesayangan.
- Itet = Anak perempuan tumpuan.
- Mahu = Anak perempuan sejati.
- Olla = Anak perempuan yang rupawan.
- Dara = Gadis sejati
Agama
Sistem religi orang Banyadu adalah Adat Jabata atau Agama Jabata. Agama ini sejatinya adalah agama yang sama dengan agama Nabi Abraham (Ibrahim) yang tersebar ke Kalimantan dilakukan oleh keluarga Neneng Galleber (Mbah Galbir). Pertamakali agama ini disebarkan kepada warga Dayak Kanayatn dipesisir. Selanjutnya disebarkan kepada Dayak Bakati di kota Bawakng Basawag pusat kerajaan Bawakng. Akhirnya oleh penguasa kerajaan Bawakng, Adat Jabata dijadikan agama negara. Dari kota Bawakng Basawag, para keturunan Neng Galleber yang berasal dari Dayak Kanayatn secara rutin melakukan penyebaran Agama Jubata ke kerajaan-kerajaan Dayak yang lain, antara lain ke kerajaan Sanujuh, kerajaan keokng-kannakng, ke kerajaan Tamputn Juwah dan lain-lain, hingga akhirnya menyebar ke seluruh pelosok pulau kalimantan.
Sistem kepercayaan ini sudah monoteis yang mana berpusat pada satu Tuhan yang disebut Jubata. Ketika imam Banyadu melakukan ritual agama adat sering nama Jubata disebut-sebut sebagai jubata yang digunung ini, atau gunung itu di daerah ini atau daerah itu, hal ini tidaklah bearti bahwa Jubata tersebut banyak jumlahnya namun lebih bermakna bahwa sang kuasa ( Tuhan ) ada di mana-mana atau berkuasa atas segala sesuatu.
Biasanya tempat ibadah agama Jubata dilakukan diatas Panyugu yaitu rangkaian batu mezbah yang sama fungsinya dengan mezbah-mezbah Nabi Abraham dan keluarganya di timur tengah dahulu. Agama Jubata telah eksis di kalimantan jauh sebelum kedatangan agama hindu, dan masih eksis hingga sekarang. Dimasa sekarang orang Banyadu adalah penganut Kristen Katholik, Kristen Protestan dan sisanya pengikut agama Jubata (Agama Adat).
Tokoh-Tokoh Dayak Banyadu
- Tapanus Tapat, SH. MH. Politisi
- Fabianus Oel, S.Pd, M.Pd. Birokrat dan Kepala Adat
- Marcelus Uthan Ssos. Tokoh LSM
- Florentius Darrem SH. Politisi & Pengusaha
- Petrus Mion, politisi
- Mgr. Dr. Samuel Oton Sidin, OFM Cap. Uskup Sintang Rohaniawan, LSM dan Tokoh Sosial
- Yakobus Niron,SH, Politisi
- Drs Ayub, Tetua Masyarakat Banyadu
- Suprianto,SH. politisi
- Cahya Tanus, SH
- Jupi, Pengusaha
- Asuardi Daris, S.Pd. Birokrat
- Anjiu, S.Th. Politisi & Pengusaha
- P.A. Simu, tokoh masyarakat dan politisi
- Irjen Pol. Dinar Pabayo. Kelahiran Kampung Kampet Dan Besar Dikampung Anik, mantan Kapolda Kalteng
F
G
I
- Suku India
- Suku Tamil di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan DKI Jakarta
- Suku Punjab di Sumatra Utara, DKI Jakarta, dan Jawa Timur
- Suku Bengali di DKI Jakarta
- Suku Gujarati di DKI Jakarta dan Jawa Tengah
- Orang Sindhi di DKI Jakarta dan Jawa Timur
- Orang Sikh di Sumatra Utara, DKI Jakarta, dan Jawa Timur
J
- Suku Jawa di Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta
- Suku Tengger di Jawa Timur: Probolinggo, Pasuruan, dan Malang
- Suku Osing di Jawa Timur: Banyuwangi
- Suku Samin di Jawa Tengah: Purwodadi
- Suku Bawean di Jawa Timur: Pulau Bawean
- Suku Jambi di Jambi: Kota Jambi
- Suku Jepang di DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Bali
K
- Suku Kei di Maluku Tenggara: Kabupaten Maluku Tenggara dan Kota Tual
- Suku Kaili di Sulawesi Tengah: Kota Palu
- Suku Kalang di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta
- Suku Kampar
- Suku Kaur di Bengkulu: Kabupaten Kaur
- Suku Kayuagung di Sumatra Selatan
- Suku Kerinci di Jambi: Kabupaten Kerinci
- Suku Komering di Sumatra Selatan: Kabupaten Ogan Komering Ilir, Baturaja
- Suku Konjo Pegunungan, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan
- Suku Konjo Pesisir, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan
- Suku Koto di Sumatra Barat
- Suku Kubu di Jambi dan Sumatra Selatan
- Suku Kulawi di Sulawesi Tengah
- Suku Kutai di Kalimantan Timur: Kutai Kartanegara
- Suku Kluet di Aceh: Aceh Selatan
- Suku Korea di DKI Jakarta
- Suku Krui di Lampung
L
- Suku Laut, Kepulauan Riau
- Suku Lampung
- Suku Sungkai di Lampung
- Suku Abung di Lampung
- Suku Way Kanan di Lampung, Sumatra Selatan Dan Bengkulu
- Suku Pubian di Lampung
- Suku Tulang Bawang di Lampung
- Suku Melinting di Lampung
- Suku Peminggir Teluk di Lampung
- Suku Ranau di Lampung, Sumatra Selatan dan Sumatra Utara
- Suku Komering di Sumatra Selatan
- Suku Cikoneng di Banten
- Suku Merpas di Bengkulu
- Suku Belalau di Lampung
- Suku Smoung di Lampung
- Suku Semaka di Lampung
- Suku Lematang di Sumatra Selatan
- Suku Lembak, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu
- Suku Lintang, Sumatra Selatan
- Suku Lom, Bangka Belitung
- Suku Lore, Sulawesi Tengah
- Suku Lubu, daerah perbatasan antara Provinsi Sumatra Utara dan Provinsi Sumatra Barat
M
- Suku Moronene di Sulawesi Tenggara.
- Suku Madura di Jawa Timur: Pulau Madura, Kangean, wilayah Tapal Kuda
- Suku Makassar di Sulawesi Selatan: Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Bulukumba (sebagian), Kabupaten Sinjai (bagian perbatasan Kab Gowa)Kabupaten Maros (sebagian) Kabupaten Pangkep (sebagian)Kota Makassar
- Suku Mamasa (Toraja Barat) di Sulawesi Barat: Kabupaten Mamasa
- Suku Mandar Sulawesi Barat: Polewali Mandar
- Suku Melayu
- Suku Betawi di Jakarta
- Suku Melayu Tamiang di Aceh: Aceh Tamiang
- Suku Melayu Riau di Riau dan Kepulauan Riau
- Suku Melayu Bali di Bali
- Suku Melayu Deli di Sumatra Utara
- Suku Melayu Jambi di Jambi
- Suku Melayu Bengkulu di Bengkulu
- Suku Melayu Bangka di Pulau Bangka
- Suku Melayu Belitung di Pulau Belitung
- Suku Melayu Sambas di Kalimantan Barat
- Suku Melayu Bugis di Pulau Sulawesi
- Suku Mentawai di Sumatra Barat: Kabupaten Kepulauan Mentawai
- Suku Minahasa di Sulawesi Utara: Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Tenggara, Kabupaten Minahasa Utara, Kota Bitung, Kota Manado, dan Kota Tomohon, terdiri 9 subetnik:
- Suku Minangkabau, Sumatra Barat
- Suku Mongondow, Sulawesi Utara
- Suku Mori, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah
- Suku Muko-Muko di Bengkulu: Kabupaten Mukomuko
- Suku Muna di Sulawesi Tenggara: Kabupaten Muna
- Suku Muyu di Kabupaten Boven Digoel, Papua
- Suku Mekongga di Sulawesi Tenggara: Kabupaten Kolaka dan Kabupaten Kolaka Utara
- Suku Moro di Kalimantan Barat dan Kalimantan Utara
- Suku Mongondow di Sulawesi Utara: Kabupaten Bolaang Mongondow
N
- Suku Nias di Sumatra Utara: Kabupaten Nias, Nias Selatan dan Nias Utara dari dua keturunan Jepang dan Vietnam
- Suku Ngada di NTT: Kabupaten Ngada
O
- Suku Osing di Banyuwangi Jawa Timur
- Suku Ogan di Sumatra Selatan
- Suku Ocu di Kabupaten Kampar, Riau
P
- Suku Padoe[1] di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan
- Suku Papua/Irian
- Suku Asmat di Kabupaten Asmat
- Suku Biak di Kabupaten Biak Numfor
- Suku Dani, Lembah Baliem, Papua
- Suku Ekagi, daerah Paniai, Abepura, Papua
- Suku Amungme di Mimika
- Suku Bauzi, Mamberamo hilir, Papua utara
- Suku Arfak di Manokwari
- Suku Kamoro di Mimika
- Suku Palembang di Sumatra Selatan: Kota Palembang
- Suku Pamona di Sulawesi Tengah: Kabupaten Poso dan di Sulawesi Selatan
- Suku Pesisi di Sumatra Utara: Tapanuli Tengah
- Suku Pasir di Kalimantan Timur: Kabupaten Pasir
- Suku Pubian di Lampung
- Suku Pattae di Polewali Mandar
- Suku Pakistani di Sumatra Utara, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah
- Suku Peranakan (Tionghoa-Peranakan atau Baba Nyonya)
R
- Suku Rawa, Rokan Hilir, Riau
- Suku Rejang di Bengkulu: Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Lebong, dan Kabupaten Rejang Lebong
- Suku Rote di NTT: Kabupaten Rote Ndao
- Suku Rongga di NTT Kabupaten Manggarai Timur
- Suku Rohingya
S
- Suku Sabu di Pulau Sabu, NTT
- Suku Saluan di Sulawesi Tengah
- Suku Sambas (Melayu Sambas) di Kalimantan Barat: Kabupaten Sambas
- Suku Samin di Jawa Tengah: Blora; dan Jawa Timur: Bojonegoro
- Suku Sangir di Sulawesi Utara: Kepulauan Sangihe
- Suku Sasak di NTB, Lombok
- Suku Sekak Bangka
- Suku Sekayu di Sumatra Selatan
- Suku Semendo di Bengkulu, Sumatra Selatan: Muara Enim
- Suku Serawai di Bengkulu: Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Seluma
- Suku Simeulue di Aceh: Kabupaten Simeulue
- Suku Sigulai di Aceh: Kabupaten Simeulue bagian utara
- Suku Suluk di Kalimantan Utara
- Suku Sumbawa Di NTB: Kabupaten Sumbawa
- Suku Sumba di NTT: Sumba Barat, Sumba Timur
- Suku Sunda di Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, Lampung, Sumatra Selatan dan Jawa Tengah
- Suku Sungkai di Lampung Lampung Utara
T
- Suku Talaud di Sulawesi Utara: Kepulauan Talaud
- Suku Talang Mamak di Riau: Indragiri Hulu
- Suku Tamiang di Aceh: Kabupaten Aceh Tamiang
- Suku Tengger di Jawa Timur Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo lereng G. Bromo
- Suku Ternate di Maluku Utara: Kota Ternate
- Suku Tidore di Maluku Utara: Kota Tidore
- Suku Tidung di Kalimantan Timur: Kabupaten Tanah Tidung
- Suku Timor di NTT, Kota Kupang
- Suku Tionghoa
- Orang Cina Parit di Pelaihari, Tanah Laut, Kalsel
- Orang Cina Benteng di Tangerang, Provinsi Banten
- Orang Tionghoa Hokkien di Jawa dan Sumatra Utara
- Orang Tionghoa Hakka di Belitung dan Kalimantan Barat
- Orang Tionghoa Hubei
- Orang Tionghoa Hainan
- Orang Tionghoa Kanton
- Orang Tionghoa Hokchia
- Orang Tionghoa Tiochiu
- Suku Tojo di Sulawesi Tengah: Kabupaten Tojo Una-Una
- Suku Toraja di Sulawesi Selatan: Tana Toraja
- Suku Tolaki di Sulawesi Tenggara: Kendari
- Suku Toli Toli di Sulawesi Tengah: Kabupaten Toli-Toli
- Suku Tomini di Sulawesi Tengah: Kabupaten Parigi Moutong
U
- Suku Una-una di Sulawesi Tengah: Kabupaten Tojo Una-Una
- Suku Ulu di Sumatra utara: mandailing natal
W
- Suku Wolio di Sulawesi Tenggara: Buton
Obrolan kita kali ini adalah series dari Indonesia…
1. Demografi Indonesia
2. Daftar suku bangsa di Indonesia
3. Daftar suku bangsa di Indonesia menurut provinsi
a. 72++ Suku-Suku di Pulau Sumatera
a. 72++ Suku-Suku di Pulau Sumatera
b. 7++ Suku-Suku di Pulau Jawa
c. 27++ Suku-Suku di Kalimantan
4. Suku di Indonesia Berdasarkan Abjad ++ Persentase
Langganan
Masih ada pertanyaan?
Masih butuh informasi lainnya?
Silahkan chat sama mimin kita, buat minta dibuatin tulisannya ya kekitaan.com/ButuhTulisan
Seneng bisa berbagi.
Pasti bermanfaat.
Suka menulis?
Silahkan daftar untuk menulis tentang fakta Indonesia lainnya.
Sama seperti di youtube #MasBro #MbakBro akan mendapatkan penghasilan dari views.
Mari #HIDUPdariKARYA
Mau tanya? klik kekitaan.com/mauNULIS
Terimakasih
id.wikipedia.org dibuka pukul 12:27 WIB pada Hari Senin tanggal 16 November 2020
Kata kunci lain yang sering dicari …
nama 34 provinsi dan suku bangsa di indonesia, 35 suku di indonesia, tabel suku bangsa di indonesia, nama-nama suku bangsa di indonesia dan ciri khasnya, jumlah suku di indonesia 2020, suku bangsa di indonesia beserta gambarnya, suku di indonesia berdasarkan provinsi, suku budaya khas daerah di indonesia, Suku di Indonesia Berdasarkan Abjab,
Frasa kunci utamaBantuan dalam memilih frasa kunci utama yang baik(Buka di tab peramban baru)Pratinjau sebagai:Hasil selulerHasil desktopPratinjau url:kekitaan.com › Suku-Dayak-BanyaduPratinjau judul SEO:Suku Dayak Banyadu | Kalimantan Barat – Digital Persona DevelopmentPratinjau deskripsi meta:
Des 22, 2020 ⋅ Suku Dayak Banyuke adalah salahsatu sub-suku Dayak yang mendiami Provinsi Kalimantan Barat. Sebutan “Dayak BanyukeJudul SEOJudul Halaman Pemisah Judul situs Judul situsJudulKategori primerPemisahSlugDeskripsi metaSuku Dayak Banyuke adalah salahsatu sub-suku Dayak yang mendiami Provinsi Kalimantan Barat. Sebutan “Dayak BanyukeJudul situsJudulKategori primerPemisah
This post will be available as Instant Article once it is published and shared on Facebook.
Submit this article even with warnings
Masih ada pertanyaan?
Masih butuh informasi lainnya?
Silahkan chat sama mimin kita, buat minta dibuatin tulisannya ya kekitaan.com/ButuhTulisan
Seneng bisa berbagi.
Pasti bermanfaat.
Suka menulis?
Silahkan daftar untuk menulis tentang fakta Indonesia lainnya.
Sama seperti di youtube #MasBro #MbakBro akan mendapatkan penghasilan dari views.
Mari #HIDUPdariKARYA
Mau tanya? klik kekitaan.com/mauNULIS
Terimakasih
id.wikipedia.org dibuka pukul 12:27 WIB pada Hari Senin tanggal 16 November 2020
Pranala luar
Kata kunci lain yang sering dicari …Suku Dayak Banyadu, Suku Daya Banyadu di Kalimantan Barat, Suku di Kalimantan Barat, Suku di Provinsi Kalimantan Barat, Suku di Kalimantan, Suku di Pulau Kalimantan, Suku Indonesia, Suku di Indonesia
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.