SAYA HANYA INGIN MENGATAKAN: SAYA MENDUKUNG AHOK
Fenomena Jokowi-Ahok rasanya masih menjadi gaung yang belum bisa disamarkan sejak kemunculan mereka berdua dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012 silam. Kemudian, naiknya Jokowi sebagai kandidat presiden Republik Indonesia semakin “memeriahkan” gaung tersebut. Bahkan sampai beliau dilantik sebagai presiden pun, tensi pertentangan yang dimulai dari Pilkada, Pilpres sampai sekarang masih hangat dan tentunya cukup memuakkan.
Belum fenomena Jokowi jadi Presiden, mantan pasangannya dalam duet DKI pun kali ini menjadi trending topic yang banyak diperbincangkan. Kian dekatnya Pemilihan Gubernur DKI Jakarta, menggelitik urat-urat “iseng” dari sebagian masyarakat untuk gatal berkomentar.
Kini di dalam masyarakat kembali terbentuk kubu-kubu yang saling menyerang. Kawan Ahok dan Lawan Ahok. Sejumlah tokoh pun bangkit beramai-ramai menjadi pihak seberang untuk menantang Ahok dalam pilkada nanti. Konon katanya Ahok sedang dikeroyok dari berbagai lini.
Pernyataan tegas Ahok untuk maju dari jalur independen ditanggapi positif oleh Relawan Ahok untuk mengumpulkan KTP dukungan buat sang pahlawan. Sebaliknya, konon katanya, ada sekelompok orang yang mengaku relawan Ahok yang turut mengumpulkan KTP, namun di belakangnya adalah strategi untuk menggembosi suara pendukung Ahok.
Di pihak satunya, banyak tudingan terhadap relawan Ahok yang menggunakan cara-cara kotor, seperti yang paling banyak beredar di media sosial, beberapa perempuan berjilbab berfoto dengan tulisan berisi tulisan, “Saya Muslim, saya dukung Ahok.”, yang ternyata katanya si perempuan tersebut adalah seorang non muslim (Kristen). Jika hal itu benar, tentu sangat memalukan dan tidak elok.
Masyarakat yang pro menganggap Ahok sebagai pahlawan yang mencoba menerobos sistem yang selama ini dianggap korup. Bagi mereka, Ahok sebagai sosok pendobrak yang telah lama dirindukan oleh masyarakat DKI, bahkan masyarakat Indonesia yang anti korupsi.
Namun di lain sisi, lawan Ahok menuding bahwa Ahok tidaklah sebersih yang diberitakan. Nyatanya Jakarta masih macet dan persoalannya masih banyak. Hanya sayangnya, mereka yang lebih banyak mengomentari latar belakang Ahok yang beretnis Tionghoa dan penganut agama Kristen. Ada pula yang menuding bahwa Ahok tak jarang mengeluarkan kata-kata makian.
Sebagai penduduk yang berdomisili dan pemegang KTP DKI, tentu secara pribadi saya tertarik dengan euforia ini, walaupun saya lebih senang duduk sebagai silent reader. Ini adalah tulisan saya yang pertama tentang Ahok dan euforianya.Tentu saja, Ahok bukan Tuhan dan pula bukan malaikat yang hidupnya seratus persen lurus. Bagi pendukungnya, berhentilah memposisikan beliau seperti seorang yang sempurna. Dukunglah dia apa adanya dan sebagaimana mestinya. Wajar dan proporsional.
Namun sejauh ini belum ada satupun kesalahan besar yang menyeretnya ke kursi pesakitan di pengadilan. Sepakterjangnya yang galak dan cerewet tentu membuat sebagian orang seperti kebakaran jenggot. Tapi menurut ku bukan suatu kesalahan besar, bukan kah jika seorang maling terpergok harus diteriaki? Mungkin itu juga lah yang dilakukan oleh Ahok.Dari sekian banyak kekurangannya, saya cukup menghargai segala prestasi yang telah dibuatnya selama menjabat di DKI. Banyak hal positif yang telah diberitakan ke publik baik melalui media massa maupun testimoni orang-orang yang mengalaminya langsung.
Melalui tulisan ini, saya hanya ingin mengatakan, SAYA HANYA INGIN MENGATAKAN: SAYA MENDUKUNG AHOK, walaupun dalam tulisan ini tak perlu saya berpanjang lebar untuk menguraikan semua pencapaian yang dilakukan oleh pak Ahok, karena bagi saya itu bukan lah suatu yang luar biasa, tapi itulah seharusnya yang dilakukan oleh seorang pemimpin.
Ingat, saya mendukung Ahok bukan karena dia Kristen, maaf, bagi saya agama dalam politik itu sangat tidak menarik dan tentunya membosankan. Saya memilih Ahok karena saya terinspirasi dari apa yang sudah dia kerjakan.
Sekian tentang SAYA HANYA INGIN MENGATAKAN: SAYA MENDUKUNG AHOK.
Terima kasih.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.