Pendidikan Dibayar dengan ‘Sampah’?

Di tengah hiruk-pikuk perkotaan yang terus berkembang, ada sebuah cerita inspiratif dari pedesaan Bali yang mengubah sampah menjadi peluang pendidikan. Dr. Komang Anik Sugiani, seorang lulusan S3 dalam Teknologi Pendidikan, telah menciptakan perubahan nyata melalui Yayasan Project Jyoti Bali (YPJB). Aksi ini mengantarkannya meraih SATU Indonesia Awards dari Astra tahun 2021.

Baginya, pendidikan adalah alat yang kuat untuk mengubah dunia. Bu Komang sadar betul bahwa memiliki gelar tinggi saja tidak cukup; yang lebih penting adalah bagaimana ia menggunakan pengetahuannya untuk melahirkan hasil yang nyata bagi masyarakat luas. “Tidak perlu tunggu kaya untuk bantu orang lain. Materi mungkin membantu, namun tenaga dan pikiran juga perlu,” ungkap Anik saat wawancara online dengan media, Selasa (12/9).

Tujuan untuk mengedukasi anak anak selain pintar pada akademik dan juga peduli terhadap lingkungan. Senin yaitu menari , selasa yaitu yoga, rabu yaitu go green, sabtu seni budaya, minggu pembelajaran berbayar dengan sampah. Kegiatan ini sudah dilaksanakan dari tahun 2016 dan baru berbentuk komunitas. Kendala ada pada tutor atau guru untuk mengajar, setelah 2 tahun melakukan kegiatan ini banyak mendapat respon dari para anak muda untuk mengajar pada pembelajaran berbayar dengan sampah. Tempat belajar awalnya berada di aula kantor desa dan sekarang berpindah di sebuah bangunan yang bernama Taman Pintar. Kendala utama adalah dana untuk yayasan. Dana ini nantinya untuk membantu para siswa siswi yang kurang mampu.

Dengan latar belakang ini, Anik menciptakan konsep unik: pendidikan gratis yang “dibayar” dengan sampah plastik. Setiap hari, anak-anak berkumpul di Taman Pintar YPJB. Mereka datang dengan semangat dan membawa sampah plastik sebagai alat pembayaran. Sampah-sampah ini kemudian diolah dan dikelola, bahkan disimpan di bank sampah untuk menghasilkan pendapatan tambahan.

Program ini bukan hanya memberikan kesempatan pendidikan tambahan bagi anak-anak, tetapi juga mengajarkan mereka untuk lebih peduli terhadap lingkungan mereka. Sampah plastik yang dikumpulkan akan diolah menjadi produk inovatif yang memiliki nilai ekonomi, seperti batu bata ram\ah lingkungan, eco enzyme, dan bantal alas duduk.

Artikel by: Deswita Nurrussalamah


Terbit

dalam

Tags:

Comments

Tinggalkan Balasan