Kisah Nyata
Salam Mas Bro dan Mbak Bro
Coba bedain kegiatan anak muda sekarang dan orangtuanya?
#
“Nanti kalau kamu udah selesai, kabari ya”, kata Mas Onon.
“Oke Mas”, jawab Odni dengan santai.
“Nanti kalau udah mantap baru tampil”, katanya melanjutkan.
“Siap Mas.”, Odni segera membalas.
Begitu selesai beres-beres alat tulisnya. Odni pamit pulang dan meninggalkan kafe itu.
“Makasih ya Mas”, Odni berbisik sambil memegang lengannya.
“Hmm, oke oke”, jawab Mas Onon tanpa melihat karena memang sedang ada tamu.
Puph tis dhess, this puph this, puph this dhess
Odni kembali bersenandung melatih otot mulutnya untuk beatbox yang sedang dipelajarinya.
Perjalanan Odni diiringi sama alunan musik mulutnya. Odni melihat jalanan malah mulai rame. Padahal suasana udah detik-detik menjelang magrib. Ada mobil dan motor yang berbaris rapi dan saling salib menyalib. Odni menunduk sebentar, melihat dashboard motornya. Ternyata tanda merah menunjukkan level bensinnya udah masuk zona berbahaya. Sekitar 200an meter kemudian ada SPBU disebelah kiri. Odni langsung banting setir kekiri. Saatnya kuda besinya buat minum.
Odni kembali melanjutkan perjalanannya. Kuda besinya kembali digeber. Mulutnya kembali berbunyi melatih beatbox-nya. Saat sedang menggeber ada mobil yang menghalangi jalannya motornya. Gas motornya semakin digeber dan beatbox-nya semakin kencang. Saat sedang melaju sekitar 100 meter didepan Dia melihat ada seorang Bapak Tua berjalan tertatih dengan tongkat yang membantunya berjalan.
“Tolong ga ya?”, Odni berpikir keras. Motornya semakin melaju kencang dan begitu juga dengan beatbox-nya. Puph tis dhess, this puph this, puph this dhess
“Tolong ga ya?”, jaraknya semakin jauh sama Bapak Tua itu.
“…”, pikiran Odni kosong sambil melaju semakin kencang dengan kuda besinya.
Baca Juga
Wortel Ga Baik Buat Mata : #CerpenKita1
Website Omong Kosong : #CerpenKita2
“Arhhhh”, Odni menoleh kebelakang dan kedepan. Ga ada kendaraan yang menutupi jalannya. Dia langsung putar balik. Dia melaju pelan dan lampi rating kanannya menyala. Dia melihat ke kanan mencari Bapak Tua tadi.
Pakeannya putih kekuning-kuningan dan celananya berwarna gelap. Warna pakeannya ga begitu jelas karena langit udah mulai gelap. Odni cuma melihat jelas uban pada rambut, kumis, dan jenggotnya.
Begitu jalan lawan arah sedikit sepi, Odni langsung menyeberang dan mendekati Bapak Tua itu.
“Mari saya antar Pak”, ajaknya dengan lembut.
“Ndak usah Mas”, balasnya dengan muka bingung.
“Mari Pak, ndak apa-apa”, responnya dengan senyum.
“Saya deket og Mas”, balasnya lagi.
“Ndak pa-pa Pak, tak anter”.
“Naiknya saya ndak kuat Mas”, sambil melihat kakinya.
Odni juga menunduk dan melihat ke tongkat dan kakinya.
“Bapak mau kemana?”.
“Saya deket Mas, mau ibadah ke depan”.
Odni terdiam.
“Tapi makasih loh Mas”, dengan wajah kurang yakin.
“Ya, ndak pa-pa Pak”, balasnya lemas.
…. beberapa detik ga ada suara Odni ataupun Bapak itu.
“Saya duluan ya Pak”, Odni kembeli membuka pembicaraan.
“Ya Mas, makasih ya Mas.”
Odni kembali melanjutkan perjalanannya. Motornya kembali melaju tapi beatbox-nya ga berbunyi. Badannya memang diatas motor tapi pikirannya melayag jauh.
“Saat banyak kita anak muda sibuk dengan urusannya masing-masing. Orangtua yang merasa umurnya udah magrib malah ingat ibadah.
Apakah dulu Bapak Tua itu seperti kita sekarang?
Apakah nanti kita akan seperti Dia juga. Rela jalan jauh meski harus jalan terseok-seok pergi ibadah?”
#CerpenKita4
#SelasaCerpen
Suka tulisannya?
Jangan lupa berbagi sama temen di sosial media ya
Ada yang mau didiskusiin?
Kasih komentar dibawah aja Mas Bro / Mbak Bro
Tembalang, Semarang
15:00 WIB, Selasa 26 April 2016
2016/04/26/6-114
Cerpen Kita
Sumber Gambar
blog.gheasafferina.com diakses pada pukul 15:16 WIB hari Selasa 26 April 2016
debuterbang.wordpress.com diakses pada pukul 15:16 WIB hari Selasa 26 April 2016
www.trekearth.com diakses pada pukul 15:16 WIB hari Selasa 26 April 2016
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.