Kaus Oblong?

Salam #MasBro #MbakBro

Suka pake kaos polos ga?

Kaos polos tuh pakean praktis yang sering dipake pada saat suasana santai. Saat suasana serius pun sabi dengan ditambahin sama blazer. Tinggal pintar-pintar kita memadukan aja.

#SekilasTentang

Kaus oblong (T-shirt) adalah…
1. Jenis pakaian yang menutupi sebagian lengan, seluruh dadabahu, dan perut.
2. Biasanya ga punya kancingkerah, ato saku.
3. Berlengan pendek (melewati bahu hingga sepanjang siku) dan berleher bundar.
Bahan yang umum dipake untuk membuat kaus oblong adalah katun ato poliester (ato gabungan keduanya).

Mode kaus ini bisa buat wanita dan pria, dan dapat dipake semua golongan usia, termasuk bayiremaja, ato orang dewasa. Kaus oblong pada mulanya dipake sebagai pakaian dalam. Sekarang kaus oblong ga lagi hanya dipake sebagai pakean dalam tapi juga sebagai pakean sehari-hari.

1. Abad 19 sampai awal abad 20
Awalnya dipake sebagai pakean dalam tentara Inggris dan Amerika.
2. Asal Nama T-shirt
Ga diketahui secara pasti.
Teori umum adalah…
a. Bentuk
Nama T-shirt berasal dari bentuknya yang menyerupai huruf “T”.
b. Militer
Karna pasukan militer sering pake pakaian jenis ini sebagai “training shirt”

Masyarakat umum belum mengenal pemakean kaus ato T-Shirt dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, para tentara yang pake kaus oblong tanpa desain ini pun hanya pake ketika udara panas ato aktivitas-aktivitas yang ga pake seragam. Ketika itu warna dan bentuknya (model) itu-itu melulu. Maksudnya, benda itu berwarna putih, dan belum ada variasi ukuran, kerah dan lingkar lengan

Awal Kepopuleran

1. Mulai Populer
Sewaktu dipake Marlon Brando tahun 1947. Dia peranin tokoh Stanley Kowalsky dalam pentas teater dengan lakon “A Street Named Desire” karya Tenesse William di Broadway, AS. T-shirt berwarna abu-abu yang dikenakannya begitu pas dan lekat di tubuh Brando, serta sesuai dengan karakter tokoh yang diperankannya. dan film Rebel Without A Cause (1995) yang dibintangi James Dean. Pada waktu itu penonton langsung berdecak kagum dan terpaku. Meski demikian, ada juga penonton yang protes, yang beranggapan kalo pemakaian kaus oblong tersebut termasuk kurang ajar dan pemberontakan. Muncullah polemik seputar kaus oblong.

2. Polemik
Sebagian orang menilai pemakaian kaus oblong adalah undershirt. Pakean luar yang  ga sopan dan ga beretika. Tapi di buat anak muda setelah pentas teater tahun 1947 itu anak dilanda demam kaus oblong. Bahkan nganggep kaus polos lambang kebebasan anak muda. Kaus oblong bukan cuma suatu mode ato tren tapi bagian dari keseharian mereka.

Polemik ini justru naikin publisitas dan popularitas kaus oblong dalam percaturan mode. Beberapa perusahaan konveksi mulai bersemangat memproduksi. Awalnya ragu prospek bisnis kaus oblong. Tapi setelah kaus oblong diproduksi besar-besaran dalam banyak bentuk dan warna. Citra kaus oblong semakin menanjak lagi. Apalagi saat Marlon Brando sendiri menjadi bintang iklan kaus oblong. Dengan gaya kaus oblong berpadu celana jins dan jaket kulit.

3. Pengakuan
Mungkin…
Karna maraknya polemik dan demam kaus oblong mewabah di kalangan masyarakat. Tahun 1961 organisasi “Underwear Institute” (Lembaga Baju Dalam) menuntut agar kaus oblong diakui sebagai baju sopan seperti halnya baju-baju lainnya. Kaus oblong juga adalah karya busana yang udah menjadi bagian budaya mode.

Tren Kaus Oblong

Demam kaus oblong yang melumat seluruh benua Amerika dan Eropa pun terjadi sekita tahun 1961 itu. Apalagi ketika aktor James Dean mengenakan kaus oblong dalam film Rebel Without A Cause, sehingga eksistensi kaus oblong semakin kukuh dalam kehidupan di sana.

Perlahan tapi pasti, T-shirt mulai menjadi bagian dari busana keseharian yang ga hanya dipakai untuk pakaian dalam, tetapi juga menjadi pakaian luaran. Pada pertengahan tahun 50an, T-shirt sudah mulai menjadi bagian bagian dari dunia fashion. Tapi baru pada tahun 60an ketika kaum hippies mulai merajai dunia, T-shirt benar-benar menjadi state of fashion itu sendiri. Sebagai sebuah simbol (lagi-lagi) anti kemapanan, para hippies ini pake T-shirt/kaus sebagai salah satu simbolnya. Semenjak saat itulah revolusi T-shirt terjadi secara total. Para penggiat bisnis menyadari kalo T-shirt dapat menjadi medium promosi yang amat efektif serta efesien. Segala persyaratan sebagai medium promosi yang baik ada di T-shirt. Murah, mobile, fungsional, dapat dijadikan suvenir, dan seterusnya.

Di saat yang bersamaan, kelompok seperti hippies, komunitas punk, ato organisasi politik, juga sadar kalo T-shirt bisa jadi medium propaganda yang sempurna. Statement apapun dapat tercetak diatasnya, tahan lama, dan penyebarannya mampu melewati batas-batas yang ga dapat dicapai oleh medium lain, seperti poster misalnya.

Dengan segala kesempurnaannya, T-shirt ga lagi menjadi sederhana. Jelas, secara fungsional benda tersebut masih berlaku sebagai sebuah sandang. Tapi dibalik itu semua, T-shirt memiliki value yang melebihi dari fungsi dasarnya. Desain T-Shirt yang terus berkembang sampai sekarang selaras dengan perkembangan manusia dan teknologi yang memang terus berkembang. Sejarah akan terus mencatat desain berbagai kaus seperti tie dye yang lekat dengan flowers generation, komunitas punk yang lekat dengan T-Shirt sobek, polos bahkan dengan desain typohraphy yang mencolok, dan siapa yang ga kenal dengan kaus I Love New York yang fenomenal itu.

Kaus Oblong = Identitas

Desain T-Shirt yang kemudian menjadi semacam aktualisasi pemakainya, bisa diramalkan akan tetap terus digemari. Elemen desain berupa typohraphy yang sangat menarik dan penuh maksud sangat berpeluang diminati masyarakat. Apalagi perkembangan dunia konsumen yang sangat memanjakan aktualisasi pribadi. Siapa pun kita, konsumen, pemilik perusahaan, manajeman band, ato siapapun, bisa dengan mudah nunjukin siapa diri kita hanya dengan memakai T-Shirt dengan desain typohraphy ato perpaduan elemen desain lain.

Pemakaian kaus dalam berbagai kesempatan memberikan juga peluang bagi para desainer dalam berkarya. Fungsinya yang semakin melebar sangat bisa mendukung perkembangan desain itu sendiri. Kreativitas pake medium T-Shirt dalam berkarya desain membuka peluang pemaknaan karya desain serta perluasan pengetahuan tentang desain pada masyarakat.

Berjamurnya clothing dan distro di kalangan bisnis modern adalah salah satu kemajuan yang positif dalam dunia desain. Berbagai karya desain yang dibuat dalam medium T-Shirt memberi warna bagi kehidupan, ga hanya bentukan huruf tapi foto, karya desain yang dulu ga memungkunkan untuk pake media T-Shirt, kini semuanya menjadi mungkin. Tapi, perkembangan yang demikian masif harus tetap juga disikapi dengan baik, kemasifan sesuatu hal terkadang menjadikan desain hanya sebagai produk instan yang ga memperhatikan faedah-faedah desain. Karna itulah pengetahuan desainer akan prinsip-prinsip desain sangat diperluin.

Kaus Oblong di Indonesia

1. Awalnya
Konon, masuknya karna dibawa oleh orang-orang Belanda. Tapi ketika itu perkembangannya ga pesat, sebab benda ini mempunyai nilai gengsi tingkat tinggi, dan di Indonesia teknologi pemintalannya belum maju. Akibatnya benda ini termasuk barang mahal.

2. Berkembang
Tapi, kaus oblong baru menampakkan perkembangan yang signifikan hingga merambah ke segenap pelosok pedesaan sekitar awal tahun 1970. Ketika itu wujudnya masih konvensional. Berwana putih, bahan katun-halus-tipis, melekat ketat di badan dan hanya untuk kaum pria. Beberapa merek yang terkenal waktu itu adalah Swan dan 77. Ada juga merek Cabe Rawit, Kembang Manggis, dan lain-lain. Dan tren ini rupanya direkam Kartunis GM Sudarta melalui tokoh Om Pasikom dan kemenakannya dengan tajuk “Generasi Kaus Oblong” (Harian Kompas, 14 Januari 1978).

3. Industri Kreatif
Tahun 1980 an dunia kaus oblong dikuasai oleh industri kreatif. Muncul merek-merek terkenal seperti C59 dari Bandung, JOGER dari Bali, dan DAGADU dari Yogyakarta. Kaus ini terkenal dengan designnya yang unik dan menarik. Selain merek-merek tersebut, dunia kaus indonesia dikuasai oleh beberapa merek terkenal yang dijual di supermarket seperti merek HAMMER, POSHBOY, OSELLA, dan masih banyak lagi. Sebagian dari merek-merek terkenal ini masih bertahan, tetapi sebagian yang lain sudah ga beredar di pasaran.

4. Distro dan Clothing-an
Tahun 1990 an adalah tahun dimana dunia kaus Indonesia diramein orang-orang kreatif. Mereka jual kaus dengan design sendiri dan produksi sendiri. Mereka inilah yang dikenal sebagai Distro Clothing. Distro adalah singkatan dari “Distribution Outlet” yang berarti toko yang distribusiin ato menjual barang-barang unik termasuk kaus.


Suka pake kaos?
Udah tau cara merawatnya?
Coba cari di website ini?
Udah pernah menulis tentang kaos?
Yok berbagi, daftar untuk menulis tips disini.
Mau tanya? klik kekitaan.com/mauNULIS

Suka menulis?

Mau menghasilkan dari tulisan mu?
Yuk mulai #hidupdariKARYA
tulisIN apa aja?

Masih ada pertanyaan?
Masih butuh informasi lainnya?
Silahkan chat sama mimin kita, buat minta dibuatin tulisannya ya kekitaan.com/butuhTulisan

Seneng bisa berbagi.
Pasti bermanfaat.

Suka menulis?
Silahkan daftar untuk menulis tentang kaos polos lainnya.
Sama seperti di youtube #MasBro #MbakBro akan mendapatkan penghasilan dari views.
Mari #HIDUPdariKARYA
Mau tanya? kli
kekitaan.com/mauNULIS

pasangIN iklanmu disini!

GRATIS iklan pertama.
Bonus review produk untuk 27 pengiklan pertama.

Terimakasih
id.wikipedia.org diakses pukul 18.27 WIB pada hari Senin, 5 Oktober 2020

Comments

Tinggalkan Balasan