Siapa Sih Abdul Halim Majalengka? | 1887-1962

👁️27x   💬0 🕗01:27 menit

Halim Majalengka
A   B   C   D   E   F   G   H   I   J   K   L   M   N   O   P   Q   R   S   T   U   V   W   X   Y   Z

Siapa sih Abdul Halim Majalengka?
Kenapa dia jadi pahlawan Indonesia?

Salam #MasBro #MbakBro

Siapa Sih Abdul Halim Majalengka? | 1887-1962

Ringkasan
Lahir
26 Juni 1887
Bendera Belanda Desa Ciborelang, Jatiwangi, MajalengkaJawa Barat
Meninggal
7 Mei 1962 (umur 74)
Bendera Indonesia Majalengka Jawa Barat
Nama pena
K.H. Muhammad Syatari (Otong Satori)
Kebangsaan
Bendera Indonesia Indonesia
Pasangan
Siti Moerbiyah Halim
Nyai Qona’ah
Anak
M. Toha Halim (almarhum)
Fatimah Halim
Mahriyyah Halim
Aziz Halim
Halimah Halim
Karim Halim
Taufiq Halim
Asep Saifuddin Halim
Orang tua
K.H. Muhammad Iskandar (ayah)
Siti Mutmainnah (Ibu)
Kerabat
Ismah Rahimi (alm.)
Kholid Fadhlulloh, SH.
Inayah Rahimi
I’anah Rahimi
Himayah Rahimi
Hannah Rosyidah (Cucu dari Fatimah Halim)
Tuty
Rubae’ah ‘Adawiyyah
Ahmad Syahid
Dudung Abdul Kholiq
Dra.Iroh Siti Zahroh, M.Si (Cucu dari Mahriyyah Halim)
Rosyidi Ridwanulloh
Moh. Masykur Riyadi
Dra. Hj. Dadah Cholidah, M.Pd.I
Rosidah ‘Azizah
Rufaidi Zainal Arifin
Rufaidah Sri Handari (Cucu dari Halimah Halim)
Neni Nur’aeni Aziz
Eti Aziz
Nur Ridho Aziz
Nurdiani Aziz
Taty Aziz (Cucu dari Aziz Halim)

Sebelum kita lanjut
Survey yok
Lagi mau riset nih

Abdul Halim ato K.H. Abdul Halim, lebih dikenal dengan nama K.H. Abdul Halim Majalengka meninggal pada umur 74 tahun. Dia menjadi Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden Republik IndonesiaSusilo Bambang Yudoyono Nomor: 041/TK/Tahun 2008 tanggal 6 November 2008. Seorang tokoh pergerakan nasional, tokoh organisasi Islam, dan ulama yang terkenal toleran dalam hadapin perbedaan pendapat antar ulama tradisional dan pembaharu (modernis).

1. Biografi

Kiai Abdul Halim putra K.H. Muhammad Iskandar, lahir dengan nama Otong Syatori. Anak terakhir dari delapan bersaudara dari pasangan K.H. Muhammad Iskandar dan Hj. Siti Mutmainah.

Selain mengasuh pesantren, ayahnya juga seorang penghulu di KawedananJatiwangi, Majalengka. Sebagai anak yang dilahirin di lingkungan keluarga pesantren, Kiai Halim telah memperoleh pendidikan agama sejak balita dari keluarganya maupun dari masyarakat sekitar. Ayahnya meninggal waktu Kiai Halim masih kecil, sehingga ia banyak diasuh oleh ibu dan kakak-kakaknya. Pada umur 21 tahun, Kiai Halim menikah dengan Siti Murbiyah puteri K.H. Muhammad Ilyas (Penghulu Landraad Majalengka).[2][6] Pernikahan mereka dikaruniai tujuh orang anak.

Seorang di antara cucunya yang aktif di berbagai organisasi Islam seperti sebagai pengurus BP4 Pusat, Wanita PUI, BMOIWI (Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia), GUPPI (Gerakan Usaha Pembaharuan Pendidikan Islam) adalah Dra. Hj. Dadah Cholidah, M.Pd.I. Presidium BMOIWI periode (20152016).

2. Pendidikan

Sejak kecil Kiai Halim tergolong anak yang gemar belajar. Terbukti ia banyak membaca ilmu-ilmu keislaman maupun ilmu-ilmu kemasyarakatan. Ketika berumur 10 tahun Kiai Halim belajar al-Qur’an dan Hadis kepada K.H. Anwar, yang sekaligus menjadi guru pertamanya di luar keluarganya sendiri. K.H. Anwar adalah seorang ulama terkenal dari Ranji Wetan, Majalengka. Sebagai penggemar ilmu, Kiai Halim juga mempelajari disiplin ilmu lainnya, ga pandang apakah yang menjadi gurunya sealiran (Islam) atopun ga, asalkan bisa bermanfaat bagi perjuangannya kelak. Hal itu terlihat ketika Kiai Halim belajar bahasa Belanda dan huruf latin kepada Van Hoeven, seorang pendeta dan misionaris di Cideres, Majalengka.

Ketika menginjak usia dewasa, Kiai Halim mulai belajar di berbagai Pondok Pesantren di wilayah Jawa Barat. Di antara pesantren yang pernah menjadi tempat belajar Kiai Halim adalah:

Di sela-sela kesibukannya belajar di pesantren, Kiai Halim sempatin dirinya untuk berdagang. Ia berjualan minyak wangi, batik, dan kitab-kitab pelajaran agama.

2a. Belajar di Mekkah

Setelah banyak belajar di beberapa pesantren di Indonesia, Kiai Halim mutusin untuk pergi ke Mekkah untuk lanjutin mendalami ilmu-ilmu keislaman. Di Mekah, Kiai Halim berguru kepada ulama-ulama besar di antaranya Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, seorang ulama asal Indonesia yang menetap di Mekah dan menjadi ulama besar sekaligus menjadi Imam di Masjidil Haram. Selama menuntut ilmu di Mekkah, Kiai Halim banyak bergaul dengan K.H. Mas Mansur yang kelak menjadi Ketua Umum Muhammadiyah dan K.H. Abdul Wahab Hasbullah yang adalah salah seorang pendiri Nahdlatul Ulama dan Rais Am Syuriyah (Ketua Umum Dewan Syuro) Pengurus Besar organisasi tersebut setelah Kiai Hasjim Asy’ari meninggal pada tahun 1947.[2] Kedekatan Kiai Halim terhadap kedua orang sahabatnya yang berbeda latar belakang antara pembaharu dan tradisional inilah yang membuatnya terkenal sebagai ulama yang amat toleran.

Selain belajar langsung kepada Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, Kiai Halim juga mempelajari kitab-kitab para ulama lainnya, seperti kitab karya Syeikh Muhammad Abduh, Syeikh Muhammad Rasyid Ridlo, dan ulama pembaharu lainnya. Selain itu Kiai Halim juga banyak membaca majalah al-Urwatul Wutsqo maupun al-Manar yang membahas tentang pemikiran kedua ulama tersebut.

Pesantren Santi Asromo

Terdapat dua peninggalan K.H. Abdul Halim yang masih bertahan hingga hari ini, yaitu: pesantren Santi Asromo dan organisasi Persatuan Umat Islam (PUI) yang bergerak di bidang agama, pendidikan, sosial dan budaya. Santri Asromo adalah pendidikan pesantren yang membekali siswa dengan keterampilan. “Belajar di Santi Asromo ada pandai besi, menyuling minyak kayu putih, bertani kopi dan lada serta beternak ayam, kambing dan ikan”, ujar Dadah Cholidah, cucu K.H. Abdul Halim dari putrinya Halimah Halim.

Sang kakek, menurut Dadah Cholidah, memberi pesan agar anak cucunya menjaga Santi Asromo itu. “Karna ketika beliau diriin Santi Asromo penuh perjuangan dan ujian,” ujar Dadah. Hingga kini bangunan Santi Asromo telah berkembang dan berdiri kokoh di atas tanah seluas 12 hektare dengan fasilitas pondok pesantren, Madrasah Ibtidaiyah PUI, SMP Prakarya dan SMA Prakarya.

Sekretaris Jenderal Persatuan Umat Islam (PUI) periode 2009 – 2014, Ahmadie Thaha menilai, model pendidikan Santri Asromo yang mengajarkan santri entrepreneurship melampaui zamannya. “Waktu itu ada mesin jahit dan percetakan. Jadi bisa dibayangkan zaman itu aja sudah modern”, ujar Ahmadie.

Perserikatan Ulama Indonesia/ Persatuan Umat Islam

Setelah tiga tahun belajar di Mekkah, Kiai Halim kembali ke Indonesia untuk mengajar. Pada tahun 1911, ia didiriin lembaga pendidikan Majlis Ilmi di Majalengka tuk mendidik santri-santri di daerah tersebut. Setahun kemudian setelah lembaga pendidikan tersebut telah berkembang, Kiai Halim diriin sebuah organisasi yang bernama Hayatul Qulub, yang lalu Majlis Ilmi jadi bagian di dalamnya.

Hayatul Qulub (Hayat al-Qulub) yang didiriin tahun 1912 tersebut ga hanya bergerak di bidang pendidikan aja, melainkan juga masuk ke bidang perekonomian. Hal ini karna Kiai Halim ingin majuin lapangan pendidikan sekaligus perdagangan. Maka anggota organisasinya bukan aja dari kalangan santri, guru, dan kiai, tapi juga para petani dan pedagang. Tapi organisasi yang bergerak di bidang dagang tersebut tentu akan mempunyai saingan dagang, khususnya dengan pedagang Cina yang pada masa itu cenderung lebih berhasil di bidang perdagangan. Karna pemerintah Hindia Belanda lebih banyak membela kepentingan pedagang-pedagang Cina yang diberi status hukum lebih kuat dibanding kelompok pribumi.

Persaingan tersebut memuncak waktu pemerintah Hindia Belanda nuduh organisasi Hayatul Qulub sebagai biang kerusuhan dalam peristiwa penyerangan toko-toko milik orang Cina yang terjadi di Majalengka pada tahun 1915. Akibatnya pemerintah Hindia Belanda bubarin Hayatul Qulub dan melarang nerusin segala kegiatannya. Setelah organisasi itu dibubarin, Kiai Halim mutusin buat kembali ke Majlis Ilmi untuk tetep menjaga kepentingan perjuangan Islam, terutama dalam bidang pendidikan.

Pada tanggal 16 Mei 1916, Kiai Halim secara resmi didiriin lembaga pendidikan baru yang ia beri nama Jam’iyah al-I’anat al-Muta’alimin.[2] Lembaga pendidikan ini lebih baik dari sebelumnya, karna Kiai Halim nerapin sistem klasikal dengan lama kursus lima tahun dan sistem koedukasi. Dan bagi yang sudah mencapai kelas tinggi akan menerima pelajaran bahasa Arab.[10] Setahun kemudian, HOS Cokroaminoto memberi dukungan terhadap lembaga pendidikan tersebut, yang akhirnya dikembangin dan diubah namanya jadi Perserikatan Ulama yang lebih dikenal dengan PUI (Perserikatan Ulama Indonesia). Perserikatan tersebut punya panti asuhan, percetakan, dan sebuah pertenunan.

Sekalipun aktif dalam berbagai organisasi itu, Abdul Halim tetep curahin perhatiannya buat majuin pendidikan. Hal itu diwujudinnya dengan diriin Santi Asromo pada tahun 1932. Dalam lembaga pendidikan ini, para murid ga hanya dibekali dengan pengetahuan agama dan pengetahuan umum, tapi juga dengan keterampilan sesuai dengan bakat anak didik, antara lain pertanian, pertukangan, dan kerajinan tangan.

Pada masa awal pendudukan Jepang, beberapa partai dan organisasi politik dibekukan. Organisasi keagamaan yang dibolehin berdiri hanya Muhammadiyah dan Nahdlatul ‘Ulama. PO pun dibekukan. Tapi Abdul Halim tetep berusaha agar organisasi itu dihidupin kembali. Barulah pada tahun 1944 usahanya berhasil, tapi namanya diganti jadi Perikatan Oemat Islam (POI). Kelak, pada tahun 1952, POI ngadain fusi dengan Persatuan Umat Islam Indonesia (PUII) yang didiriin oleh K.H. Ahmad Sanusi jadi Persatuan Umat Islam (PUI) dan Abdul Halim diangkat sebagai ketua pertamanya.

Persatuan Umat Islam (PUI) punya tujuan pokok antara lain:

  1. Majuin dan siarin pengetahuan dan pengajaran agama Islam.
  2. Majuin perihal penghidupan yang didasarin atas hukum Islam.
  3. Memelihara tali percintaan dan persaudaraan yang kuat dan bangunin hati supaya suka tolong menolong antara satu dengan lainnya.

PUI lakuin beberapa upaya buat wujudin tujuannya tersebut, di antaranya adalah:

  1. Diriin dan melihara sekolah.
  2. Nerbitin, siarin, dan jual buku-buku (kitab-kitab), brosur, majalah, dan surat kabar yang berisi tentang keislaman.
  3. Ningkatin pertanian, perdagangan dan perekonomian lainnya.
  4. Mendidik pemuda sebagai kader muslim masa mendatang.
  5. Bekerja sama dengan perkumpulan-perkumpulan muslim lainnya demi majuin Agama Islam.

pasangIN iklanmu disini!

GRATIS iklan pertama.
Bonus review produk untuk 27 pengiklan pertama.

Pergerakan Nasional

Pada masa pendudukan Jepang, Abdul Halim diangkat jadi anggota Cuo Sangi In (semacam dewan perwakilan). Pada bulan Mei 1945, ia diangkat jadi anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang bertugas siapin segala sesuatu yang berhubungan dengan pembentukan negara. Dalam BPUPKI ini Abdul Halim duduk sebagai anggota Panitia Pembelaan Negara.

Sesudah Republik Indonesia berdiri, Abdul Halim diangkat sebagai anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Daerah (PB KNID) Cirebon. Selanjutnya ia aktif membantu perjuangan pertahanin kemerdekaan. Pada waktu Belanda lancarin agresi militer kedua yang dimulai tanggal 19 Desember 1948, Abdul Halim aktif membantu kebutuhan logistik bagi pasukan TNI dan para gerilyawan. Residen Cirebon juga mengangkatnya menjadi Bupati Majalengka.

Pada 1928, ia diangkat jadi pengurus Majelis Ulama yang didiriin Sarekat Islam bersama-sama dengan K.H.M Anwaruddin dari Rembang dan K.H. Abdullah Siradj dari Yogyakarta. Ia juga jadi anggota pengurus MIAI (Majlis Islam A’la Indonesia) yang didiriin pada 1937 di Surabaya.

Sesudah perang kemerdekaan berakhir, Abdul Halim tetep aktif dalam organisasi keagamaan dan membina Santi Asromo. Tapi sebagai ulama yang berwawasan kebangsaan dan persatuan, ia nentang gerakan Darul Islam pimpinan Kartosuwiryo, walaupun ia tinggal di daerah yang dikuasai oleh Darul Islam. la juga adalah salah seorang tokoh yang nuntut pembubaran Negara Pasundan ciptaan Belanda.

Dalam periode tahun 1950-an Abdul Halim pernah jadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Barat dan kemudian jadi anggota Konstituante.

Meninggalnya

K.H. Abdul Halim Ulama besar tanah Pasundan ini menghadap Ilahi 7 Mei 1962 dan dikebumiin di Majalengka dalam usia 74 tahun. “Meninggalkan harta bendanya diwakafin untuk madrasah dan institusi pendidikan. Bahkan rumah pribadinya diberikan untuk PUI”, ujar Dadah.

Penghargaan

Atas jasa-jasanya Pemerintah Republik IndonesiaPresiden Susilo Bambang Yudoyono menganugerahi Gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 041/TK/Tahun 2008 tanggal 6 November 2008.

Kesimpulan

Siapa Sih Abdul Halim Majalengka?
Pria jawa yang bertumbuh menjadi salah satu ulama Indonesia. Dia aktif menjadi ulama dan kasih dampak sama lingkungannya khususnya sama kemerdekaan Indonesia.

Kenapa dia jadi pahlawan Indonesia?
Karna dia aktif dalam usaha kemerdekaan Indonesia dan terlibat aktif dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

Catatan
Obrolan kita hari ini adalah
salah satu tindakan nyata buat lestariin setiap kekayaan Indonesia khususnya budaya dan bahasa.

Suka menulis?

Mau menghasilkan dari tulisan mu?
Yuk mulai #hidupdariKARYA
tulisIN apa aja?

Terimakasih
id.wikipedia.org dibaca 22:24 WIB pada hari Rabu tanggal 26 Mei 2021

karya penulis tulis
Yuk mulai #hidupdariKARYA

Kata kunci yang sering dicari …
tulisIN, pahlawan, pahlawan Indonesia,
K.H. Abdul Halim, Abdul Halim Majalengka, Abdul Halim, 

Comments

Tinggalkan Balasan