Balaslah kejahatan dengan kasih sayang

Rendra, Sang Motivator Sejati

Rendra Sang Motivator Sejati gelar ini pantas untuk penyair ini. Rendra adalah seorang penyair yang karya karyanya telah dikenal banyak orang, baik luar negeri maupun dalam negeri. Penyair yang lahir di Surakarta pada tahun 1935 awalnya bukan penganut ajaran Islam. Pada tahun 1970 ia mengucapkan kalimat syahadat disaksikan oleh Taufiq Ismail dan Ayip Rosidi. Setelah menjadi seorang muslim namanya menjadi  Wahyu Sulaiman Rendra.

Puisi | Judul
1-9  A  B  C  D  E  F  G  H  I  J  K  L  M  N  O  P  Q  R  S  T  U  V  W  X  Y  Z

Dia mempunyai tiga orang istri yaitu Sunarti Soewandi, Sitoresmi dan Ken Zuraida. Dari ketiga istrinya tersebut  memiliki 11 orang anak.

Pada tahun 2009, di Depok, iia meninggal dunia. Sebelum wafat, penyair ini sempat membuat puisi. Larik puisi-puisi tersebut sebagai berikut:

Hidup itu seperti UAP,  yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap !!

Ketika Orang memuji MILIKKU,

aku berkata bahwa ini HANYA TITIPAN saja.

Bahwa mobilku adalah titipan- NYA,

Bahwa rumahku adalah titipan- NYA,

Bahwa hartaku adalah titipan- NYA,

Bahwa putra-putriku hanyalah titipan- NYA …

Tapi mengapa aku tidak pernah bertanya,

MENGAPA DIA menitipkannya kepadaku?

UNTUK APA DIA menitipkan semuanya kepadaku.

Dan kalau bukan milikku,

apa yang seharusnya aku lakukan untuk milik- NYA ini?

Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh- NYA ?

Malahan ketika diminta kembali,

kusebut itu MUSIBAH,

kusebut itu UJIAN,

kusebut itu PETAKA,

kusebut itu apa saja …

Untuk melukiskan, bahwa semua itu adalah DERITA….

Ketika aku berdoa,

kuminta titipan yang cocok dengan

KEBUTUHAN DUNIAWI,

Aku ingin lebih banyak HARTA,

Aku ingin lebih banyak MOBIL,

Aku ingin lebih banyak RUMAH,

Aku ingin lebih banyak POPULARITAS,

Dan kutolak SAKIT,

Kutolak KEMISKINAN,

Seolah semua DERITA adalah hukuman bagiku.

Seolah KEADILAN dan KASIH-NYA, 

harus berjalan seperti penyelesaian matematika dan sesuai dengan kehendakku.

Aku rajin beribadah,

maka selayaknyalah derita itu menjauh dariku,

Dan nikmat dunia seharusnya kerap menghampiriku …

Betapa curangnya aku,

Kuperlakukan DIA seolah Mitra   Dagang ku

dan bukan sebagai Kekasih !

Kuminta DIA membalas perlakuan baikku

dan menolak keputusan- NYA yang tidak sesuai dengan keinginanku …

Padahal setiap hari kuucapkan,

“Hidup dan Matiku, Hanyalah untuk-MU”

Mulai hari ini,

ajari aku agar menjadi pribadi yang selalu bersyukur dalam setiap keadaan

dan menjadi bijaksana,

mau menuruti kehendakMU saja ya ALLAH …

Sebab aku yakin….

ENGKAU akan memberikan anugerah dalam hidupku …

KEHENDAKMU  adalah yang ter BAIK bagiku ..

Ketika aku ingin hidup KAYA,

aku lupa,

bahwa HIDUP itu sendiri

adalah sebuah KEKAYAAN.

Ketika aku berat utk MEMBERI,

aku lupa,

bahwa SEMUA yang aku miliki

juga adalah PEMBERIAN.

Ketika aku ingin jadi yang TERKUAT,

….aku lupa,

bahwa dalam KELEMAHAN,

Tuhan memberikan aku KEKUATAN.

Ketika aku takut Rugi,

Aku lupa,

bahwa HIDUPKU adalah

sebuah KEBERUNTUNGAN,

kerana AnugerahNYA.

Ternyata hidup ini sangat indah, ketika kita selalu BERSYUKUR kepada NYA

Bukan karena hari ini INDAH kita BAHAGIA.

Tetapi karena kita BAHAGIA,

maka hari ini menjadi INDAH.

Bukan karena tak ada RINTANGAN kita menjadi OPTIMIS.

Tetapi karena kita optimis, RINTANGAN akan menjadi tak terasa.

Bukan karena MUDAH kita YAKIN BISA.

Tetapi karena kita YAKIN BISA.!

semuanya menjadi MUDAH.

Bukan karena semua BAIK kita TERSENYUM.

Tetapi karena kita TERSENYUM, maka semua menjadi BAIK,

Tak ada hari yang MENYULITKAN kita, kecuali kita SENDIRI yang membuat SULIT.

Bila kita tidak dapat menjadi jalan besar,

cukuplah menjadi JALAN SETAPAK

yang dapat dilalui orang,

Bila kita tidak dapat menjadi matahari,

cukuplah menjadi LENTERA

yang dapat menerangi sekitar kita,

Bila kita tidak dapat berbuat sesuatu untuk seseorang,

maka BERDOALAH untuk

kebaikan.

Puisi | Penulis
1-9  A  B  C  D  E  F  G  H  I  J  K  L  M  N  O  P  Q  R  S  T  U  V  W  X  Y  Z

Sangat dalam kata kata dalam puisi ini. Ia merupakan perenungan dari sebuah perjalanan hidup manusia. Rendra, Sang Motivator Sejati. Ini lebih tepat untuk menjuluki penyair ini dari sekedar si Burung Merak. Puisi tersebut mengajarkan kepada semua manusia bagaimana seharusnya bersikap dan berlaku dalam hidup. Bagaimana harus memposisikan diri kita di hadapan Sang Pencipta.

Tapi terkadang manusia justru bertidak sebaliknya. Mendikte dan mengharuskan Allah berbuat sesuai dengan keinginan kita. Ini terjadi karena orang merasa pernah memiliki hidup ini. Padahal sejatinya hidup dengan segala yang kita punyai ini adalah titipanNya. Hal ini terlihat dalam larik puisinya

/Hidup itu seperti UAP,  yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap !!/

/Ketika Orang memuji MILIKKU,/

/aku berkata bahwa ini HANYA TITIPAN saja./

Tapi anehnya orang yang sudah sadar bahwa hidup ini dengan segala perlengkapannya adalah titipan , kadang orang tidak tahu harus bagaimana dengan titipan tersebut

/Tapi mengapa aku tidak pernah bertanya,/

/MENGAPA DIA menitipkannya kepadaku?

/UNTUK APA DIA menitipkan semuanya kepadaku./

/Dan kalau bukan milikku,/

/apa yang seharusnya aku lakukan untuk milik- NYA ini?/

/Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh- NYA ?/

Ketidakmengertian tersebut menyebabkan manusia keliru mensikapi sesuatu yang menimpa pada dirinya, ketika Sang Pemilik, meminta kembali titipanNya. Hingga kita menganggapnya sebagai musibah, ujian atau apa saja untuk melukiskan bahwa semuanya itu adalah petaka dan derita. Rendra pun berujar

/Malahan ketika diminta kembali,

/kusebut itu MUSIBAH,/

/kusebut itu UJIAN,/

/kusebut itu PETAKA,/

/kusebut itu apa saja …/

/Untuk melukiskan, bahwa semua itu adalah DERITA…./

Hal inilah yang menjadikan manusia, tatkala berdoa selalu meminta yang selalu sesuai dengan kebutuhan dunianya. Dia tidak sadar bahwa sebenarnya yang ia mintakan itu sudah diberikan oleh Allah. Hanya hal itu tidak terlihat di mata dan pikirannya sehingga tetap saja ia meminta.

/Ketika aku ingin hidup KAYA,/

/aku lupa,/

/bahwa HIDUP itu sendiri/

/adalah sebuah KEKAYAAN./

/Ketika aku berat utk MEMBERI,/

/aku lupa,/

/bahwa SEMUA yang aku miliki juga adalah PEMBERIAN./

Membaca larik demi larik puisi ini, seolah kita diajak merenung. Merenung bahwa betapa Mahakasih dan sayangnya Sang Pencipta pada kita semua. Ada kebahagiaan yang seharusnya selalu menghampiri manusia seandainya manusia bisa memposisikan diri di hadapanNya.

Tidak harus menunggu indah kalau kita ingin bahagia, Tetapi berbahagialah, niscaya hidup ini indah. Tidak harus menunggu bahagia ketika ketika kita ingin bersyukur tetapi selalu bersyukurlah niscaya kita bahagia.

Rendra, Sang Motivator Sejati gelar ini memang layak untuk beliau. Karena bukan hanya untuk urusan dunia dia memotivasi tetapi terlebih untuk urusan akhirat.

Semoga kita termasuk orang yang selalu berdoa untuk kebaikan di saat kita tidak bisa berbuat sesuatu untuk orang lain.


Terbit

dalam

oleh

Tags: