PERAHU KASIH puisi, cinta, ibu, guru, adalah, contoh, tentang alam, kemerdekaan, pendek, syair puisiIN tulisIN-karya kekitaan - karya selesaiin masalah (1)

PERAHU KASIH

PERAHU KASIH

Setidaknya, kami pernah begitu dekat. Dekat sekali. Hingga aku bisa menghafal semua kebiasaannya.
Setidaknya, ketika gerak pena kisah bersamanya terhenti, ingatanku tak akan hilang dalam sajak-sajak yang tak sempat terucap.

Setidaknya juga, kami pernah memilih untuk merancang dan mempersiapkan biduk berlayar cinta dan harapan berdua. Biduk kasih yang memiliki fondasi yang kuat di atas rasa saling cinta dan percaya terasa sangat indah menawan.

Itulah bulir rasa yang telah menjadi impian kami bersama. Kami akan berlayar bersama dalam satu biduk, membiarkan angin Ilahi menahkodainya. Kami akan mengarungi samudera luas, melewati karang-karang yang berdiri kokoh, bukit-bukit dan pegunungan yang menjulang, rimba-rimba di tengah lautan yang tak berpenghuni, mendahului para nelayan yang telah menebar jala. Kami akan mengarungi samudera luas memecah ganasnya ombak dan membelah gemuruhnya gelombang. Sedikit pun kita tak gentar,cemas dan takut.

Kami pantang menyerah, karena kami yakin berdua lebih kuat dan kokoh daripada berlayar sendirian. Kita saling menggenggam erat janji. Apa yang telah ditanam bersama, harapannya itu jugalah yang akan kita tuai.

Kami telah bersama. Kebersamaan yang telah kami semaikan telah mendidik dan mengajarkan jalinan hubungan dan ikatan relasi yang tak gampang roboh. Bilamana angin muson yang menakutkan akan menerjang dinding-dinding dan bentangan layar biduk, paling tidak kami sudah tahu dan siap menghadapinya. Kami telah belajar tentang saat-saat yang tepat kapan layar harus dibentangkan dan kapan diturunkan.

Baca Juga
ELEGI ANAK LARA
Jadilah Seperti Bunga di Taman

Suka menulis?

Mau menghasilkan dari tulisan mu?
Yuk mulai #hidupdariKARYA
tulisIN apa aja?

Kami juga sudah menyelidiki arah mata angin sehingga tidak akan kehilangan arah lalu terdampar di pulau asing. Bersama-sama kami telah melewati proses yang panjang, penuh lika-liku hingga kami masing-masing memiliki bekal tentang bagaimana membuat biduk tetap laju dan berlayar dengan gagah meski gemuruh badai lautan yang mengamuk lantas terus menghantam dan memukul dari berbagai sisi.

Sebagaimana kami telah mengisi wadah hari-hari menjadi penuh warna, demikianpun kami telah membuat dan merancang dekorasi yang indah pada biduk kasih itu; lampu-lampu pijarnya, warna-warni yang indah menawan pada setiap tubuh biduk.

Dari atas biduk, kami memandang hamparan luas samudera yang sangat biru sekaligus menakutkan. Sesekali merasakan sepoi angin laut, sambil berlari-lari kecil di atasnya. Kami tak henti-hentinya mendendangkan lagu-lagu cinta dengan iringan melodi bunyi keciprat ombak pada badan biduk. Hanya ada kami berdua. Hari-hari telah kita lewati. Malam-malam telah kami lalui. Kami tidak pernah jengah apalagi takut. Karena kami percaya, ketika hati sudah diliputi perasaan cinta, apapun itu; rintangan dan tantangan, persoalan dan godaan tentunya tak akan melunturkan semuanya.

Namun di tengah alunan rasa asyik dan penuh nikmat pelayaran dalam biduk kasih itu dan belum jua sampai pada titik akhir tujuan, tiba-tiba goncangan hebat melandai dan hantaman dahsyat datang menerpa.

Tak sempat terurai dalam imajinasi, biduk yang kami tumpangi dan nahkodai bersama lantas kandas, meskipun laut terlihat tenang. Dalam sekejap, biduk itu pun menjadi oleng tak terkendali hingga tenggelam dan hilang dari hamparan lautan luas. Meskipun dari kejauhan lampu mercusuar telah nampak. Pertanda tak butuh jarak yang panjang dan waktu yang lama untuk sampai pada pelabuhan terakhir. Kami akan menjadi satu selamanya. Kami tak mungkin akan berlayar kembali, karena hati kami telah menetap dan berdiam di bawah satu atap cinta yang telah mendapatkan restu dari sang Ilahi.

Baca Juga
TERIMA KASIHKU UNTUKMU
PUJIK SENJA YANG KAU CINTA.

Itu terjadi bukan atas dasar terpaan angin yang menghardik, bukan pula oleh hantaman ombak, bukan pula oleh dinding-dinding badan biduk yang lapuk atau bocor apalagi karena kami salah memilih bahan dalam merancangnya.
Nyatanya, kami telah membuat dan membangun biduk kasih pelayaran itu dengan curahan cinta dan harapan yang bersampulkan doa-doa ketulusan. Susah-senangnya telah kami lalui bersama. Namun, tampaknya daya fenomenomogis muncul yang menyatakan bahwa kami memang tak diizinkan untuk terus bersama.

Kini, aku hanya sendirian saja. Tak mungkin aku meneruskan pelayaran kembali tanpa kehadiannya di sampingku.
Namun waktu berlalu, bulan dan tahun berganti pergi. Perasaan-perasaan yang telah tumbuh telah menjadi setapak kecil yang telah menghantarnya pergi ke pelabuhan tak bernama, hingga berlabuh kemudian tenggelam lalu hilang.

Untuk saat ini, hasratku ingin kembali berubah wujud menjadi seorang gadis kecil dengan telapak kaki yang mudah terobati daripada rasa sakit yang mengiris hati yang susah sekali disembuhkan.

Hari-hariku tak seindah langit sedu yang menampung rasa pilunya dengan barisan gemawan, kemudian jatuh berderaikan air mata. Aku hanya ingin berlari sejauh mungkin untuk menghapus semua jejal rasa sakit di hatiku.
Pedih…
Perih…
Kecewa…
Frustrasi..
Terluka…

Aku memang yakin, kisah-kisah cinta yang indah tanpa rasa sakit duka dan luka, hanya ada dalam dunia cerita dongeng. Sebab, dalam kenyataannya, cinta itu tak semanis buah bibir para pujangga atau penyair. Lihat saja! Diriku serasa tengah berjalan diatas paku-paku dan beling-beling tajam, menusuk terlalu dalam hingga terasa amat perih. Bak telapak tanpa kasut, berjalan di atasnya setapak demi setapak pedih amat tercampak, memendap pedih kelu saat dia menghilang dan tak mungkin kembali. Laksana dewi malam, ia pun turut menggeliat duka saat mengetahui diriku adalah bukanlah diriku seutuhnya.

Baca Juga
KEPADA SANG IBUNDA
AIR MATA SANG AYAH UNTUK PUTERINYA

Melarangnya untuk pergi meninggalkanku atau tetap berada di sampingku bukanlah hal yang terbaik. Kubiarkan tangan Tuhan menuntun dengan cara yang indah. Aku paham, ada hal yang memang tak akan bisa diputar mundur kembali dan aku harus belajar mengikhaskannya. Melepaskannya dengan rasa ikhlas yang tulus bukan pertanda aku sudah tak mencintai lagi, tetapi semata-mata ada sesuatu yang memang tidak bisa dipaksakan. Namun, sampai kapan pun, aku akan tetap mencintainya. Ya, hanya mencintainya.
Apapun itu, dia tetaplah menjadi yang paling baik untuk sejumput kisah di hari-hari yang telah berlalu. Dan akulah sosok yang mungkin selalu mendulang kembali kisah masa itu, walaupun pelangi tidak mesti selalu ada.

Punya cerita tentang tulisan ini?
Silahkan komen dibawah ya.

Apapun mesin pencarinya.
kekitaan sumbernya.

Semoga bermanfaat.
Seneng bisa berbagi.

pasangIN iklanmu disini!

GRATIS iklan pertama.
Bonus review produk untuk 27 pengiklan pertama.

Terimakasih
canva.com dibuka pukul 20:54 WIB pada hari Selasa tanggal 09 November 2021

karya penulis tulis
Yuk mulai #hidupdariKARYA

Kata kunci lain yang sering dicari…
tulisIN, November 2021, November, 2021,
Mario_A.R, PERAHU KASIH,


Terbit

dalam

oleh

Comments

Leave a Reply