Dasar Ilmu Pengetahuan

Dasar Ilmu Pengetahuan

27x   0   01:07

   Cari kata KBBHukum lain?
1-9  A  B  C  D  E  F  G  H  I  J  K  L  M  N  O  P  Q  R  S  T  U  V  W  X  Y  Z

Ilmu adalah terjemahan dari kata science, yang berasal dari kata scinre, artinya to know. Sifat ilmu pengetahuan alam kuantitatif dan obyektif. Ilmu merupakan suatu usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari, namun dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode. Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir secara obyektif yang  bertujuan untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual.

Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melalui observasi, eksperimen, klasifikasi dan analisis. Ilmu itu obyektif dan mengesampingkan unsur pribadi, pemikiran logika diutamakan, netral. Ilmu tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat kedirian, karena dimulai dengan fakta, ilmu merupakan milik manusia secara komprehensif.

Ontologi yang berarti hakekat ilmu berasal dari bahasa Yunani yaitu On/Ontos adalah ada, dan Logos adalah ilmu, sehingga ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Ontologi merupakan mempercayai keberadaan sesuatu meski tidak terlihat mata, misalnya adalah udara yang dapat dirasakan. Menurut istilah ontology adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak.

Orang yang pertama kali mempopulerkan term ontology adalah Rudolf Goclenius (1636 M). Dengan teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis yang dalam perkembangannya dibagi menjadi dua, yaitu metafisis umum dan metafisis khusus.

  1. Metafisis umum merupakan cabang filsafat yang membicarakan prinsip yang paling   dasar dari segala sesuatu yang ada.
  2. Matafisis khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi, dan teologi.

Setiap individu dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan. Yang pertama, kenyataan yang berupa materi (kebenaran) dan kedua yang berupa rohani (kejiwaan). Dalam hal ini hakikat menunjukkan kenyataan sebenarnya sesuatu, bukan kenyataan sementara atau keadaan yang menipu, juga bukan kenyataan yang berubah. Pengkajian lebih dalam ontologi sebagian dasar ilmu berusaha untuk menjawab apa yang menurut Aristoteles merupakan The First Philosophy dan ilmu mengenai esensi benda.

Baca juga: Cara Mendaftarkan HKI Di DITJEN KI Dengan Mudah 

Punya Usaha? Nama Usahamu udah Didaftarin 

Secara subtansial, di pemahaman ontology dapat ditemukan pemikiran-pemikiran sebagai berikut :

  • Monoisme
  • Materialisme
  • Idealisme
  • Dualisme
  • Pluralisme

Dalam Dictionary of Philosophy and Religion dikatakan sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua entitas.Nihilisme

Berasal dari Bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Pada dasarnya nihil disini berarti ketiadaan. Tidak ada sesuatu yang ada, yang benar, yang berharga. Istilah nihilisme diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev. Namun doktrin nihilisme sudah ada pada pandangan Gorgias (483-360SM) yang memberikan 3 proposisi tentang realitas yaitu :

  • Tidak ada sesuatu pun yang eksis.
  • Bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui.
  • Sekalipun realitas dapat diketahui, ia tidak dapat kita beritahukan kepada orang lain.
  • Agnostisisme

Agnotisisme berasal dari bahasa Grik Agnostos yang berarti Unknown. A artinya not, Gno artinya know. Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Dick Hartoko berpendapat Agnotisisme sama dengan skeptisisme yang menyangkal bahwa hakikat sesuatu dapat diketahui (melawan pengetahuan metafisik), apalagi pengetahuan mengenai adanya Tuhan dan sifat-sifatnya. Agnotisisme hanya menerima pengetahuan inderawi dan empirik. Tidak menerima adanya analogi.

 

  • Epistemologi (teori pengetahuan)

Cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan yang diperoleh manusia melalui akal, indera dan lain-lain mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan, di antaranya adalah:

  • Metode Induktif (Induksi)

Metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil obeservasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum. Dick Hartoko berpendapat induksi berasal dari bahasa latin inducere yang berarti mengantar ke dalam, yang secara sederhana merupakan suatu metode, khusus dalam ilmu alam, yang menuju dan menyimpulkan sebuah hipotesa umum dengan berpangkal pada sejumlah gejala sendiri-sendiri.

  • Metode Deduktif (Deduksi)

Suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut. Hal-hal yang harus ada dalam metode deduktif adalah adanya perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri.

  • Metode Positivisme

Metode ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual, yang positif. Mengenyampingkan segala uraian atau persoalan di luar yang ada sebagai fakta. Apa yang diketahui secara positif adalah segala yang tampak dan segala gejala. Metode ini dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan dibatasi pada bidang gejala-gejala saja.

  • Metode Kontemplatif

Keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbeda-beda harusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi yang dapat diperoleh dengan berkontemplasi.

  • Metode Dialektis

Dialektis atau dialektika berasal dari bahasa Yunani Dialektike yang berarti cara/metode berdebat dan berwawancara yang diangkat menjadi sarana dalam memperoleh pengertian yang dilakukan secara bersama-sama mencari kebenaran.

  • Aksiologi

Berasal dari perkataan Axios (Yunani) yang berarti nilai dan Logos yang berarti teori. Aksiologi merupakan teori tentang nilai. Jujun S. Sumantri berpendapat aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.

Bramel berpendapat aksiologi terbagi dalam tiga bagian.

  • Moral conduct

Tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yakni etika.

  • Esthetic expression

Ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan keindahan.

  • Sosio-political life

Kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosio politik.

Nilai adalah objek penting yang dibahas dalam aksiologi. Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalah etika dan estetika. Etika menilai perbuatan manusia, Estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya. Solusi bagi ilmu yang terikat dengan nilai harus ada transendensi bahwa ilmu pengetahuan terbuka pada konteknya, dan agamalah yang menjadi konteks itu. Agama mengarahkan ilmu pengetahuan pada tujuan hakiki untuk memahami realitas alam dan memahami eksistensi Allah, agar manusia sadar akan hakikat penciptaan dirinya, dan tidak selalu mengarahkan ilmu pengetahuan pada kemudahan-kemudahan material duniawi. Pada dasarnya semakin tinggi tingkat perkembangan peradaban manusia harus segera diikuti dengan aturan atau hukum yang bisa menjamin rasa keadilan masyarakat. Membericarakan nilai dengan cara mengembalikan ilmu pengetahuan pada jalur semestinya, sehingga ia menjadi berkah dan rahmat kepada manusia dan alam bukan sebaliknya membawa pada hal-hal yang buruk.

KESIMPULAN

Masalah nilai moral dalam ekses ilmu dan teknologi bersifat merusak sehingga terdapat perbedaan pendapat diantara para ilmuwan yang terbagi menjadi dua golongan pendapat. Pertama berpendapat bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik itu secara ontologis maupun aksiologis. Sedangkan golongan kedua berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuan, sedangkan dalam penggunaannya haruslah berdaskan nilai-nilai moral. Atas dua pendapat diatas, terlihat jelas netralitas ilmu terletak pada epistemologinya saja. Dimana tanpa berpihak kepada siapapun, selain kepada kebenaran yang nyata. Secara ontologis dan aksiologis para ilmuwan semestinya mampu menilai mana yang baik dan mana yang buruk. Karena pada hakikatnya mengharuskan seorang ilmuwan mempunyai landasan moral yang kuat.

Punya cerita tentang lagu ini?
Silahkan komen dibawah ya.

Apapun mesin pencarinya.
kekitaan sumbernya.

Semoga bermanfaat.
Seneng bisa berbagi.

Terimakasih
hukumonline.com dibaca 18:27 WIB pada hari Senin tanggal 08 Juni 2020

karya Penulis tulisIN
Yuk mulai #hidupdariKARYA

 

 

Suka menulis?

Mau menghasilkan dari tulisan mu?
Yuk mulai #hidupdariKARYA
tulisIN apa aja?


Terbit

dalam

oleh

Comments

Leave a Reply